Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Sulitnya Menyeleksi Orang untuk PHK di Tengah Pandemi

11 Juli 2020   12:24 Diperbarui: 12 Juli 2020   15:32 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh StartupStockPhotos dari Pixabay


Sebelum memulai tulisan ini, saya ingin terlebih dahulu mengatakan bahwa saya bukanlah Pengusaha, Pemilik tempat usaha, juga bukan Dewan Direksi Perusahaan. Saya hanyalah buruh yang diberikan sedikit wewenang untuk memilih siapa yang harus pergi dan siapa yang bertahan. 

Saya bekerja di sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang kelistrikan di Kota Tangerang. Covid-19 sudah benar-benar memporak-porandakan sendi-sendi ekonomi di banyak bidang. Termasuk tempat usaha dimana saya bekerja. Berdasarkan data dari dinas tenaga kerja kota Tangerang hingga periode 10 Juli 2020 sudah ada 6311 karyawan terkena PHK, 1971 orang dirumahkan. Belum lagi di Kabupaten Tangerang ada 14910 orang di PHK dan 9300 lainnya dirumahkan.

Beberapa waktu yang lalu, Direktur Utama (Dirut) kami menyampaikan bahwa omzet perusahaan sudah turun drastis. Jangankan bonus, untuk gaji karyawan saja mungkin bisa jadi akan ada pemotongan. Pendapatan Perusahaan anjlok hingga tinggal 30 persen saja.

Itu kondisi yang terparah. Sehingga untuk menyelamatkan kondisi perusahaan, manajemen perlu melakukan efisiensi yang extraordinary, besar-besaran. Salah satunya adalah melakukan PHK.

Maka dari bulan April sampai Juni kemarin Perusahaan sudah mem-PHK lebih dari 100 orang. Yang awalnya jumlah karyawan sekitar 600 orang. Sekarang tinggal sekitar 450. Itupun akhir bulan Juli ini masih mungkin akan berlanjut ada pengurangan karyawan lagi.

Selain pasokan dari supplier yang terlambat, juga karena banyak customer yang akhirnya memilih untuk menghentikan sementara atau membatalkan proyek.

Salah satunya adalah customer kami yang adalah salah satu BUMN. Mereka konsumen utama kami (rata-rata per tahun menyumbang 75 persen omzet). Saya tidak mengerti apakah uangnya digunakan untuk penanganan covid atau alasan lain yang membuat mereka membatalkan order. Dampaknya banyak supplier yang berdarah-darah. Tidak hanya perusahaan kami saja. Perusahaan lain yang juga supply kesana juga mengalami nasib yang sama karena rata-rata BUMN ini merupakan pelanggan utama bagi supplier-supplier-nya.

Di dunia manufaktur, terputusnya mata rantai supply chain inilah yang membuat banyak usaha mengalami kesulitan bahkan mati.

Misalnya salah satu proyek yang ditangani BUMN terhenti. Kami sebagai supplier BUMN akan dibatalkan ordernya. Padahal kami juga memiliki supplier-supplier lagi. Otomatis semuanya terhenti. Kuenya yang biasanya sama-sama dinikmati jadi hilang.

Dengan kondisi perusahaan yang demikian, maka kami sebagai pelaksana lapangan tidak bisa banyak berkutik lagi untuk mempertahankan para karyawan. Pilihannya sangat sulit : Mengorbankan beberapa karyawan atau membiarkan semuanya "mati" karena perusahaan bisa saja gulung tikar. Karyawan harus memahami kondisi ini. Harus ada yang pergi. Mengurangi karyawan berarti beban perusahaan untuk membayar gaji bulanan akan berkurang, termasuk biaya operasional juga sudah pasti akan berkurang. Inilah yang diperlukan agar perusahaan bisa survive.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun