Mohon tunggu...
Alfian HerdiFeisal
Alfian HerdiFeisal Mohon Tunggu... Naturalist

Seorang dokter hewan yang jatuh cinta dengan alam Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature

Gajah Lampung : Pasang Surut Konservasi Gajah Sumatera di Taman Nasional Way Kambas

30 September 2025   11:09 Diperbarui: 1 Oktober 2025   13:26 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Praktek Lapangan di Taman Nasional Way Kambas (Sumber : Dok. Pribadi)

Sepuluh tahun silam saya pernah melakukan kegiatan praktek lapangan di Taman Nasional Way Kambas ketika masih menjadi mahasiswa. Tidak lama hanya sekitar dua minggu, namun memori yang singkat selama di sana membekas sekali hingga hari ini. Way Kambas dan gajah sumatera rasanya merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, ketika kita berbicara tentang Taman Nasional Way Kambas, maka yang akan langsung terbayang adalah kawanan gajah sumatera yang dapat kita jumpai di sana.

Saya ingat betul saat itu saya dikasih tugas untuk 'angon' sepasang gajah bernama Sully dan Agam. Keduanya merupakan pasangan gajah jantan dan betina yang selalu bersama dalam setiap kegiatan bahkan seperti saat mengembala gajah pun tidak terpisahkan. Menyenangkan sekali momen semasa praktek di Way Kambas, namun saat itu saya belum mengetahui bahwa seluruh gajah yang ada di Way Kambas, baik Sully dan Agam maupun gajah yang lain, terikat dengan kisah panjang konservasi gajah sumatera di Lampung dan sekitarnya.

Sejarah Taman Nasional Way Kambas

Taman Nasional Way Kambas merupakan salah satu dari 58 taman nasional yang tersebar di seluruh Indonesia. Meskipun bukan merupakan taman nasional pertama di Indonesia seperti Leuser, Gunung Gede Pangrango, Baluran, Ujung Kulon, dan Komodo; namun embrio kawasan Way Kambas telah muncul bahkan sejak Era Hindia Belanda. Pencetusan pertama kali Way Kambas sebagai kawasan lindung muncul sejak tahun 1924, lebih dari 100 tahun yang lalu. Kemudian pada tahun 1936, Residen Lampung menetapkan Way Kambas sebagai kawasan Suaka Margasatwa (Wildlife Reserve) dengan luasan 130,000 Ha. Luasan ini lah yang masih tetap dipertahankan hingga sekarang sebagai Taman Nasional Way Kambas (walau ada pengurangan sekitar 5000 Ha pada SK terbaru menjadi sekitar 125,000 Ha).

Penetapan Taman Nasional Way Kambas sebagai taman nasional di bawah Kementerian Kehutanan Indonesia baru terjadi pada tahun 1989 melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan. Saat itu, Taman Nasional Way Kambas belum berfokus pada upaya konservasi gajah sumatera, karena memang hingga saat ini pun Taman Nasional Way Kambas menyimpan banyak jenis megafauna seperti harimau sumatera, badak sumatera, tapir, rusa sambar, hingga beruang madu.

Operasi Ganesha

Identitas Taman Nasional Way Kambas sebagai pusat konservasi gajah sumatera salah satunya merupakan keterkaitannya dengan operasi penggiringan gajah liar bernama Operasi Ganesha. Operasi yang diambil dari nama dewa berwujud gajah ini memiliki tujuan agar gajah liar dengan masyarakat dapat hidup secara harmonis. Operasi Ganesha terdiri dari beberapa program dengan program pertama bernama Program Tata Liman. Program pertama ini berupa upaya penggiringan kawanan gajah sumatera yang berada di luar kawasan konservasi di Provinsi Lampung ke dalam Taman Nasional Way Kambas

Tata Liman di Provinsi Lampung dimulai sekitar tahun 1982. Saat itu banyak terjadi konflik antara masyarakat transmigrasi dengan gajah sumatera liar yang berada di sekitar kampung transmigrasi. Perlu diketahui bahwa gajah sumatera memiliki memori kolektif jangka panjang terutama dalam mengingat - ingat jalur jelajahnya selama ratusan tahun, ketika jalur jelajah yang biasa mereka lalui tiba - tiba terdapat pemukiman atau perkebunan manusia maka gesekan antara gajah liar dengan masyarakat kerap terjadi. Program Tata Liman bertujuan untuk memindahkan kawanan gajah sumatera liar di sekitar kawasan transmigran ke kawasan Way Kambas agar mengurangi tingkat kejadian konflik gajah liar. Dua tahun dibutuhkan untuk memindahkan kawanan gajah dari berbagai daerah di Lampung seperti daerah Gunung Madu, Gunung Betung, Padang Cermin, Mesuji, Gedung Aji, dan Tulang Bawang. Rombongan gajah liar digiring di jalanan layaknya arak-arakan festival, masih banyak masyarakat asli Lampung yang memiliki ingatan atas peristiwa ini, bagaimana gajah - gajah tersebut berbondong - bondong melintasi jalanan di depan rumah mereka. Setelah dua tahun, pada 1984, beratus - ratus kilometer dari habitat asli mereka, akhirnya seluruh gajah tersebut tiba di Way Kambas.

Setelah berhasil mengumpulkan seluruh gajah di Provinsi Lampung di Taman Nasional Way Kambas pada tahun 1984, dimulailah babak baru konservasi gajah sumatera.

Dinamika Gajah dan Masyarakat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun