Mohon tunggu...
Alfi Muhammad
Alfi Muhammad Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Apa Sih yang Khas dari Yokohama?

22 Februari 2018   08:55 Diperbarui: 19 Maret 2018   10:41 768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.fransiscangela.com

Hidangan pelabuhan

Dari bir lokal hingga seafood doria, banyak inovasi Yokohama merupakan buah dari status kota ini sebagai bandar internasional pertama di Jepang

  • Ramen

 Tidak jelas betul siapa sebenarnya pencipta ramen. Satu versi cerita mengklaim mi kuah Jepang ini ditemukan pada 1884 di Hakodate, kota di utara Jepang. Versi yang lain membantah cerita itu dengan mengatakan Hakodate cuma membuat prototipenya, sementara versi orisinal ramen baru ditemukan pada 1910 di distrik Asakusa di Tokyo. Terlepas dari perdebatan itu, kelahiran ramen tak bisa dilepaskan dari peran Yokohama. Usai meresmikan pelabuhannya pada 1859, kota bandar ini melebarkan hubungan niaga antara Jepang dengan dunia Barat.

Dalam proses itu, pekerja migran dari banyak negara tetangga berdatangan, termasuk Tiongkok, yang kemudian memicu kelahiran pecinan. Melalui merekalah Jepang mengenal mi, bahan utama ramen selain daging, kuah kaldu, serta umami, yakni rasa kelima setelah manis, asam, asin, dan pahit. Peran Yokohama dalam perkembangan ramen tidak berhenti di situ. Jika dulu berjasa memperkenalkan mi Tiongkok kepada warga Jepang, kota ini kemudian memperkenalkan ramen kepada warga dunia.

Pada 1994, Yokohama mendirikan Shin-Yokohama Raumen Museum di sisi utara kota. Layaknya "ramenpedia," tempat ini membeberkan segala hal tentang ramen, mulai dari riwayatnya, evolusinya, penyebarannya, hingga pencapaiannya. Kita bisa mengetahui, misalnya, gerai ramen pertama di luar Jepang ternyata berdiri di New York pada 1975. Kini, hampir tiap daerah di Jepang memiliki versi ramennya masing-masing, dan Raumen Museum juga berniat membantu publik memahami (dan mencicipi) keragaman tersebut.

Di lantai bawah museum terdapat sebuah pujasera berlantai dua yang dihuni sembilan kedai ramen dari sembilan daerah, mulai dari Miraku asal Hokkaido hingga Yuji yang dirintis di Brooklyn. Ruangan pujasera ini didesain menyerupai stasiun kereta di Tokyo pada 1958---tahun ditemukannya mi instan oleh Nissin. Satu hal yang mungkin menjadi pertanyaan Anda dari Raumen Museum adalah namanya. Kenapa "Raumen"? Kata staf museum, pilihan itu disebabkan keterpaksaan, sebab kata "ramen" sudah dipakai oleh museum lain. 

  • Bir

 Industri bir Jepang berutang banyak pada Yokohama. Kota inilah yang pertama kali melahirkan bir lokal modern pertama. Syahdan, tak lama setelah Yokohama merekah sebagai kota bandar internasional pada abad ke-19, sejumlah pengusaha bir asing datang untuk melebarkan sayap bisnisnya. Pada 1870, William Copeland, pria asal Amerika Serikat, mendirikan pabrik Spring Valley Brewery. Setahun sebelumnya, hadir Japan Brewery. Berkat sejarah itu, menenggak bir Jepang kini menjadi pengalaman kuliner khas Yokohama. Menyusuri jalan-jalan kota, ada banyak kedai yang menjajakan bir lokal.

Salah satu kedai terpopuler di sini adalah Yokohama Brewery, restoran mencakup pabrik bir yang didirikan pada 1995. Tawaran utamanya sesi tasting yang terdiri dari lima varian: bohemian pilsner Dusseldorf alt, hefeweizen, American pale ale, serta Yokohama lager. Tempat lain yang juga sukses menuai penggemar ialah Yokohama Bay Brewing, sebuah kedai bersahaja yang bersemayam di "beer district" Kannai. Di sini, selain menenggak aneka bir, kita bisa menggali info acara-acara bertema bir. Suzuki Shinya, pemilik Yokohama Bay Brewing, merupakan otak di balik ajang tahunan Japan Brewers Cup. Sebagai "destinasi bir," satu kekurangan Yokohama adalah harga birnya. Segelas Bay Weiss ukuran 284 mililiter dibanderol 600 (setara Rp72.000), sementara Dragon Sleeper dipatok 750 per botol. Untuk standar kota produsen bir, harga itu kelewat mahal. Di kota-kota Eropa Tengah misalnya, bir hanya dijajakan seharga 1 (Rp15.000) per botolnya. 

Sumber: www.fransiscangela.com/
Sumber: www.fransiscangela.com/
  • Yoshoku

Sebagaimana Hotel Indonesia atau Rafes Singapore, Hotel New Grand sejatinya bukan sekadar penginapan, tapi juga saksi perjalanan sebuah negara. Hotel sepuh yang sarat cerita ini dilansir pada 1927. Tubuhnya pernah diguncang gempa besar dan perang akbar, sementara matrasnya pernah ditiduri selebriti sekaliber Babe Ruth dan Charlie Chaplin. Karena Jepang ini sering terkena bencana alam, dibutuhkan alat alat berat untuk perbaikan pasca gempa, misalnya genset, backhoe, mixer truck, truck dan lain lain. Layaknya hotel bersejarah pula, New Grand meninggalkan jejak yang penting dalam khazanah kuliner. Dua menu legendaris Jepang ditemukan di dapurnya. Jika Rafes Singapore menciptakan koktail Singapore sling, New Grand menemukan seafood doria, yakni rice gratin legit yang disisipi udang dan kerang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun