Mohon tunggu...
alfath firdaus
alfath firdaus Mohon Tunggu... Lainnya - seorang mahasiswa jurnalistik, jenjang pendidikan S1 di universitas islam negeri syarif hidayatullah jakrata

Sebagai seorang mahasiswa jurnalistik yang suka olahraga, saya adalah individu yang penuh semangat dan energi. Keterlibatan saya dalam dunia jurnalistik menunjukkan minat saya pada informasi, cerita, dan penelitian. Saya juga rajin dan disiplin dalam menyelesaikan tugas-tugas akademis serta selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam segala hal yang saya lakukan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Panduan Persiapan Retorika

22 Mei 2024   21:56 Diperbarui: 22 Mei 2024   22:20 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumentasi Pribadi)


Oleh: Syamsul yakin dan alfath firdaus
Dosen dan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pidato adalah sebuah seni yang bisa dipelajari. Sebagai keterampilan, pidato memerlukan latihan dan kebiasaan berbicara di depan umum. Selain keterampilan, pidato juga harus didukung oleh pengetahuan linguistik agar pilihan kata yang digunakan bervariasi, menarik, dan estetik.

Keterampilan dan pengetahuan linguistik diperlukan untuk berbagai tujuan pidato, baik yang bersifat informatif, persuasif, maupun rekreatif. Untuk mencapai ketiga tujuan tersebut, diperlukan persiapan yang matang.

Tahap pertama persiapan adalah menentukan topik pidato, yang merupakan pokok masalah yang masih bersifat umum dan abstrak. Topik pidato adalah inti pembicaraan secara keseluruhan. Dalam praktiknya, topik ini akan dijabarkan lebih rinci dalam sebuah judul.

Tahap berikutnya adalah menentukan tujuan pidato, apakah informatif, persuasif, atau rekreatif. Meskipun pidato yang baik seharusnya mengandung ketiganya, tetap harus ada tujuan utama yang ditentukan. Misalnya, pidato seorang menteri lebih bersifat informatif, pidato politisi lebih persuasif, dan pidato seorang artis lebih rekreatif. Namun, pidato seorang penceramah agama harus mengandung unsur informatif, persuasif, dan rekreatif sekaligus.


Selanjutnya, agar pidato bermutu dan memiliki isi yang kuat, tahap persiapan berikutnya adalah membaca literatur yang relevan dengan topik dan judul pidato untuk memperkuat dasar pengetahuan. Literatur yang dibaca tidak hanya buku, tetapi juga hasil survei dan dokumen lainnya. Bagi penceramah agama, tahapan ini lebih panjang, mulai dari memahami Al-Qur'an, hadits Nabi, karya ulama, hingga ilmu bantu lainnya seperti ilmu sosial dan humaniora.

Tahap berikutnya bersifat teknis, yaitu membuat kerangka pidato mulai dari pembukaan, isi, hingga penutup. Durasi pembukaan harus singkat dan yang terpenting adalah menyampaikan judul pidato dengan cara interogatif. Isi pidato harus mudah dipahami dan diingat, bisa menggunakan metode numerik seperti pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Misalnya, dalam ceramah agama bisa dijelaskan tiga ciri orang munafik secara berurutan.

Penutup pidato harus memberikan jawaban singkat mengenai topik yang diangkat dan harus singkat karena penjelasan rinci sudah disampaikan di bagian isi.

Tahapan persiapan pidato bisa disesuaikan dengan materi dan tujuan pidato. Media dan audiens juga mempengaruhi persiapan pidato. Misalnya, persiapan pidato di televisi berbeda dengan di radio. Begitu pula persiapan pidato politisi berbeda dengan pidato artis atau penceramah agama.*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun