Selain Miana. Di sini juga tumbuh mekar bunga matahari kecil. Warnanya yang kuning terang nan cerah amat menggugah. Wah, pasti anak-anak suka banget tuh diajak main ke sini.
O iya, kenapa ya tempat ini dinamakan Seven Selfie? Nah, Kabar Wisata sudah bertemu dengan pengelolanya. Namanya Mad Sani. Tapi, dia biasa dipanggil Kang Sani. Menurutnya, arti Seven Selfie adalah dalam tujuh hari selama satu minggu orang bisa memposting foto di media sosial. Kenapa begitu? Tujuan Kang Sani menghadirkan destinasi wisata ini adalah untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat modern yang doyan memposting foto di media sosial.
Kang Sani adalah asli orang yang lahir di Bandarlampung. Karena itu, dia ingin mendedikasikan diri untuk tanah kelahirannya. Kendati orang tuanya berasal dari Raskas Bitung, Banten. Tapi, dia sangat mencintai Lampung.
Dedikasinya tidak sekadar membuat destinasi wisata. Namun, dari Seven Selfie ini, sekarang Kang Sani bekerjasama dengan masyarakat sekitar. Dia mengajak masyarakat untuk membudidayakan tanaman hias. Tanaman hias itu kemudian akan dibawanya ke kios-kios penjualan. Bahkan, berkat perjuangannya, beberapa orang yang bekerja di Seven Selfie dan masyarakat sekitar sering mendapat panggilan untuk membuat taman atau menanam bunga untuk halaman instansi-instansi.
Dulu, lelaki yang berperawakan sederhana dan lumayan kekar itu, berprofesi sebagai pengrajin bambu. Dia biasa membuat gajeboh. Wajar kalau di Seven Selfie terdapat gajeboh yang unik.
Pengunjung bisa menikmati fasilitas yang ada di sini secara gratis. Apalagi, setelah selfie pasti lelah. Bersantai di Gajeboh sembari menikmati angin sepoi-sepoi pegunungan adalah salah satu alternatif menghilangkan penat. Kalau ingin buang air pun sudah tersedia. Kalau ingin sholat pun juga sudah tersedia.
Tiket masuk ke area rekreasi keluarga ini cukup terjangkau. Untuk satu orang dikenakan biaya sepuluh ribu rupiah. Itu pun mendapat bonus sebotol air mineral Lho. Sedangkan untuk parkir dua ribu rupiah. Setelah parkir kemudian selfie, pengunjung juga bisa kok karokean di tengah alam yang rimbun ini. Tidak ada patokan biaya lho. Cukup bayar suka rela saja.
Kalau pengunjung memiliki niat untuk menyelenggarakan acara ulang tahun atau arisan, di sini pun bisa kok. Bahkan, sudah ada yang pernah menggelar pesta ulang tahun dan arisan. Selain itu, kalau tidak mau repot membuat dan membawa makanan, pengunjung bisa memesan ke pengelola. Pengelola akan menyiapkan makanan sesuai keinginan. Kalau inginnya hanya nasi kotak, bisa. Jika ingin bakar ayam, bakar ikan, bakar jagung dan lain-lain. Pengelola pun sanggup menyediakan. Asalkan, reservasi terlebih dahulu.
Kalau menurut pengakuan Kang Sani, sepuluh persent dari penghasilan tiket masuk, parkir dan sewa tempat akan diberikan ke orang lain. Tapi, sayang sekali. Kang Sani tidak menjelaskan uang itu untuk apa dan siapa lalu bagaimana menyerahkannya.
Berawal dari Hayalan dan Obrolan
Pada tanah seluas 1600 meter ini, Kang Sani tidak sendirian dalam mengerjakan segala sesuatu mulai dari merawat bunga dan membuat spot foto. Ada kawannya yang membantu, yaitu Kang Black. Dia adalah orang yang selalu menemani Kang Sani mengontrol destinasi wisata ini. Setiap hari mereka selalu membersihkan sampah yang ada di sini.
Tanah yang saat ini menjadi area wisata, ternyata bukan milik Kang Sani Lho. Kang Sani hanya mengontrak tempat ini. Jadi, ceritanya begini. Waktu itu, pada hari yang Kang Sani pun juga lupa, dia dan kawannya yang bernama Andre Oktavia berbincang-bincang. Perbincangan itu berawal dari jam sembilan pagi sampai jam sembilan malam. Perbincangannya tak lain dan tak bukan ialah membicarakan hayalan-hayalan atau angan-angan. Tapi, memang dasar Kang Sani ini adalah seorang yang giat bekerja. Jadi, keesokan hari setelah obrolan itu berlangsung, mereka langsung mencari lokasi tanah. Terpilihlah lokasi ini. Menurut Kang Sani, lokasi ini dipilih karena tepat berada di belakang Gunung Betung.