Investigasi bersama wartawan lain membuat diri ini hampir mati. Wartawan dari media misteri lain mendorongku hingga Wahyu pun terjatuh. Kami  terperosok ke dalam jurang.
Ada yang sengaja mendorong kami. Wartawan berambut klimis dan berseragam itu ingin menghasilkan berita yang tak memiliki saingan.
Â
Aku dan Wahyu terjebak berjam-jam di dalam jurang. Kami kembali setelah tertatih-tatih menaiki dinding tanah yang terjal. Sekuat tenaga dan berhati-hati, kami mencengkram rumput dan akar-akar gantung agar tidak berakhir di daerah yang gelap dan lembab.
Â
Tubuh kami pun terluka karena deras terjatuh. Tubuh ini meluncur di atas tanah dan ranting-ranting perdu.
Â
Aku dan Wahyu baru pertama kali bertemu. Kami saling mengenal melalui media sosial. Ketika memproyeksikan untuk mencari tahu tentang siluman babi di hutan Cinunang, aku segera mencari orang yang bertempat tinggal di sana. Muncullah nama Wahyu. Ketika aku menceritakan maksud dan tujuan, dia mengaku kalau selama ini berprofesi sebagai Tour Guide para pendaki yang ingin kemah.
Â
Betapa aku senang ketika sampai di rumah Wahyu. Dia mengenalkanku kepada macan bulan dan macan kumbang. Nama itu bukan pemberian orang tua. Menurut pemiliknya, nama itu adalah samaran untuk bekerja di lapangan.
Â