Mohon tunggu...
Alfain Aknaf Rifaldo
Alfain Aknaf Rifaldo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia

Hanya mas mas biasa yang tidak kuat mengonsumsi kopi tanpa air Instagram : @aaknafr

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tembakau, Mengobarkan Semangat dalam Pandemi

22 Juni 2021   16:21 Diperbarui: 22 Juni 2021   20:40 417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain itu, Udo juga menyediakan tembakau 'fancy' yang merupakan produk pabrikan dan tentu bercukai. Menurutnya, tembakau seperti ini lebih digemari anak muda daripada tembakau konvensinal yang single origin. "Mungkin karena kemasannya menarik dan gak terlihat kuno ketika dibawa ke tongkrongan ya." terkanya.

Warung tembakau milik Udo yang dikerjakan oleh dirinya sendiri dan satu orang pegawainya tersebut menjadi terlihat semakin ramai. Baik ramai oleh barang dagangannya sendiri, juga ramai oleh pembeli yang datang silih berganti.

Sumber : dokpri
Sumber : dokpri
Ikut membantu sesama

Ketika ditanya tentang hal yang membuatnya betah berjualan, Udo hanya tersenyum sedikit, lalu menghisap rokoknya. Sambil menerawang ia perlahan menghembuskan asap tersebut. "Kalau ditanya apa yang bikin betah, ya jelas karena senang. Senang karena syukur laris, senang karena bisa membantu melestarikan budaya, senang juga bisa membantu orang lain."

Udo menjelaskan bahwa tingwe di Indonesia sendiri merupakan suatu tradisi yang sudah ada sejak dulu. "Lebih jelasnya bisa dibaca sendiri di artikel-artikel. Saya gak terlalu pinter menjelaskan, hehe." katanya sambil tertawa. "Tapi saya yakin, secara gak langsung, pegiat tembakau, entah petani, penjual ataupun penikmatnya telah ikut membantu melestarikan warisan Nusantara." lanjutnya.

Selain itu, Udo juga mengaku ada beberapa pelanggannya yang kemudian beralih menjadi resellernya. Hal tersebut mereka lakukan untuk menambah penghasilan ataupun sekedar mengisi kegiatan. Beberapa pelanggan yang menjadi reseller  ini awalnya bercerita bahwa di daerahnya tidak ada pedagang tembakau dan ingin mencoba peruntungan dengan berjualan tembakau. "Saya sih malah mendukung kalau ada yang mau jadi reseller, itu berarti selain saling bantu, mereka juga membantu memasyarakatkan tembakau." jelasnya.

Alasan lain kenapa banyak pelanggannya yang menjadi reseller salah satunya adalah faktor kedekatan. "Saya sih sebisa mungkin menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan, dalam arti hubungan kami bukan hanya penjual-pembeli, tapi saya mencoba menjalin pertemanan. Jadi, selain kualitas produk dan harga yang bersaing, faktor keintiman ini juga yang sebisa mungkin terus saya jaga." terangnya.

Dengan semakin banyaknya penjual tembakau, Udo yakin bahwa tembakau akan semakin menjangkau banyak orang. Hal itu juga menurutnya ikut mendukung tingwe sebagai trend karena akses masyarakat terhadap tembakau yang berkualitas menjadi lebih mudah. Dengan demikian, jagat pertembakauan Indonesia, khususnya di daerah-daerah dapat terus berkembang.

Sumber : dokpri
Sumber : dokpri
Tak bergantung pada trend

Trend tingwe mungkin memang membawa angin segar bagi para pegiat tembakau. Namun berkaca dari yang sudah-sudah, trend di Indonesia mempunyai satu kesamaan, yaitu cepat menyebar dan cepat pula terbenam. Hal ini pula yang sempat dikhawatirkan Udo sebagai pedagang tembakau. Tapi seiring waktu, ia tetap yakin bahwa walau bagaimana pun tembakau selalu punya tempat di masing-masing hati para penikmatnya.

"Saya sih melihat tingwe itu selain menjadi semacam trend, juga menjadi hobi. Dan yang namanya hobi, mau bagaimana pun keadaannya, akan selalu menyenangkan untuk dilakukan. Ini yang bikin saya yakin, bahwa semisal pandemi rampung dan daya beli masyarakat kembali normal, tembakau linting masih tetap ada penikmatnya. Istilahnya mungkin karena sudah terlanjur cinta ya hehe... " ungkap Udo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun