"Tahun ini kamu nggak usah berpuasa dulu, ya. Fokus sama adek bayi yang saat ini maemnya cuma ASI saja," kata suamiku yag membuatku terdiam cukup lama
 Ya, tahun ini adalah Ramadan pertamaku tak berpuasa seperti tahun-tahun sebelumnya. Tahun pertama menjadi ibu baru yang berati aku harus siap beribadah sepanjang waktu.Â
Tak ada sahur atau berbuka, apalagi tarawih di masjid atau ngabuburit keliling kota seperti halnya tahun lalu saat menjalani Ramadan masih bersama suami saja.Â
Tahun ini, Ramadan memiliki cerita baru yang harus kujalani dengan lapang dada. Meskipun memang terkadang rasanya hari-hari di Bulan Ramadan seperti rutinitas di hari biasa. Dan nuansa Ramadan yang kurang kurasakan karena tak ikut berpuasa, tapi aku harus menyadari satu hal. Saat ini aku sedang beribadah dengan menjadi sosok ibu bagi putri kecilku yang masih berusia 3 bulan.Â
Sebenarnya bukan tanpa sebab aku tidak berpuasa di tahun ini. Selain usia bayi masih 3 bulan dan hanya makan minum ASI. Aku juga menghawatirkan diriku sendiri yang sedang menghadapi produksi ASI yang tak bisa diprediksi.Â
Aku ingin memberikan nutrisi yang cukup untuk 1000 hari kelahirannya. Terlebih saat usianya 2 bulan lalu, berat badannya yang seharusnya naik 800 gram, ternyata hanya separuhnya saja. Oleh karena itulah aku memilih membayar fidyah atau mengganti puasa saja di lain hari.Â
Mungkin memang ibadahku di bulan Ramadan tahun ini berbeda dengan orang-orang yang disibukkan dengan tadarus Alquran, tarawih di masjid, atau itikaf semalaman. Ibadahku pada Ramadan tahun ini adalah menjadi sosok ibu yang senantiasa membersamai putri kecilku dengan penuh kasih dan sayang.
Dua Makna Ramadanku di Tahun Ini
Ada dua hal yang membuatku menyadari bahwa Ramadan tak hanya seputar menjalankan puasa, rutin tarawih di masjid, tadarus hingga khatam berulang kali, atau euforia sahur dan berbuka saja.
Tapi, aku belajar dua hal yang membuatku belajar bagaimana harus mengelola diri sendiri agar tetap menjadi pribadi yang baik. Dua hal itu diantaranya:
- 1. Â Belajar Bersabar.Â
