Mohon tunggu...
Naufal Alfarras
Naufal Alfarras Mohon Tunggu... Freelancer - leiden is lijden

Blogger. Jurnalis. Penulis. Pesilat. Upaya dalam menghadapi dinamika global di era digitalisasi serta membawa perubahan melalui tulisan. Jika kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah. "Dinamika Global dalam Menghadapi Era Digitalisasi" Ig: @naufallfarras

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peneliti Diaspora, Solusi Memajukan Ilmu Pengetahuan

24 Agustus 2019   10:34 Diperbarui: 24 Agustus 2019   15:46 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Peneliti (Sumber: enscm.fr)

Keberlangsungan era digitalisasi berdampak pada minimnya tenaga peneliti profesional di Indonesia. Hal ini disebabkan banyak para generasi milenial lebih memilih profesi sebagai YouTuber daripada menjadi peneliti ilmiah.

Fakta tersebut juga didukung dengan jumlah peneliti yang terbatas dalam melakukan observasi dan konservasi kekayaan flora di tanah air.

Perbandingan menjadi tidak seimbang lantaran 50 orang peneliti yang harus mengawasi hampir 12 ribu jenis flora yang tersedia di Indonesia sekarang.

Dalam rangka mengembangkan sektor penelitian Indonesia, LIPI pada tahun ini berencana untuk menjemput para ratusan peneliti diaspora ke Indonesia.

Bagi yang belum memahami pengertian dari diaspora, secara umum diaspora dapat disebut sebagai orang perantau yang berstatus sebagai Warga Negara Indonesia namun menetap di luar negeri dengan tujuan studi, bekerja, maupun tujuan lain.

Rencananya ada sebanyak 120 peneliti yang akan kembali ke tanah air. Namun, sebelum mereka kembali pihak pemerintah Indonesia dalam hal ini LIPI tengah berupaya mempersiapkan hunian layak yang akan ditempati.

Penjemputan para peneliti diaspora Indonesia tahun 2019 dipastikan lebih besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini ditandai dengan upaya pemerintah dengan mempersiapkan hunian dan bayaran yang sesuai dengan kinerja mereka.

LIPI akan berusaha semaksimal mungkin dalam menarik minat para diaspora yang tengah menempuh studi maupun melakukan riset di luar negeri kembali ke Indonesia dengan memberi kesempatan dalam proyek penelitian yang sudah direncanakan.

Bahkan ada kemungkinan angka 120 menjadi lebih besar apabila diperjalanan pihak LIPI menemukan peneliti yang potensial bagi kemajuan lembaga tersebut.

Meski demikian, hingga kini LIPI sudah mengawasi sekitar 730 peneliti yang sudah mencakup berbagai jenis bidang keilmuan. Salah satu persyaratannya yakni sudah menempuh pendidikan S3 dan memiliki pengalaman doktoral.

Perlu diketahui, selama empat tahun belakang LIPI baru dapat membawa pulang peneliti Indonesia yang berada di negara asing sejumlah 20 orang.

Kehadiran peneliti diaspora diharapkan membawa angin positif bagi bidang penelitian dan pengembangan pengetahuan Indonesia. Hambatan salah satunya berasal dari stigma masyarakat mengenai nuklir.

Rata-rata hampir semua masyarakat Indonesia masih alergi saat mendengar atau mengucapkan kata nuklir. Padahal, Indonesia sudah memiliki tiga reaktor nuklir di tanah air meski baru sebatas riset dan penelitian.

Energi yang dihasilkan sudah cukup tinggi, namun belum dapat digunakan sebagai pembangkit listrik secara luas. Bandung, Jogja, dan Serpong merupakan lokasi ketiga reaktor nuklir tersebut.

Reaktor yang tersedia dimanfaatkan sebesar 50 persen oleh perguruan tinggi, 30 persen untuk sektor kesehatan, dan sisanya 20 persen dimanfaatkan oleh industri.

Peneliti diaspora kelak akan menyandang tanggung jawab dalam memberikan pemahaman suatu permasalahan yang salah satunya mengenai nuklir.

Pemanfaatkan teknologi sains di Indonesia juga belum beroperasi maksimal. Akibatnya, banyak teknologi sains yang membanjiri pasar tanah air merupakan produk impor dari berbagai negara asing.

Potensi peneliti diaspora mesti dimanfaatkan dengan maksimal dalam menunjang pengetahuan dan mendukung teknologi sains karya anak bangsa agar mampu bersaing secara global.

Bogor, 24 Agustus 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun