Mohon tunggu...
Alex Tampubolon
Alex Tampubolon Mohon Tunggu... -

Seorang yang selalu mengatakan yang benar adalah benar yang salah adalah salah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrasi Indonesia Yang Kian Matang

28 Agustus 2014   18:48 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:16 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bangsa Indonesia pantaslah untuk bersyukur atas capaian demokrasi yang semakin matang setelah lebih dari 15 tahun bangsa ini memasuki masa reformasi dan satu dekade memasuki pemilihan presiden secara langsung. Adapun segala proses yang berlangsung terkait demokrasi, kian menunjukkan matangnya rakyat Indonesia menentukan pilihan politiknya.

Ada beberapa hal bisa kita jadikan sebagai ukuran bahwa kematangan demokrasi Indonesia, di antaranya adalah faktor politik eksternal dan internal. Secara eksternal, politik kita selalu damai manakala kita mengadakan hajat demokrasi. Lihat saja pada pemilihan umum tahun 1999 sebagai pesta rakyat pertama di masa reformasi, berlangsung sangat damai. Tak kurang dari 49 partai politik mengikuti pemilihan umum. Dari segi jumlah, tampak eforia politik yang sangat kentara. Membuat partai politik begitu mudah, ikut pemilihan umum pun tidaklah sulit. Memori kita mencatat, pada pemilihan umum 199 itu, tidak terjadi keributan yang bisa disebut menodai demokrasi.

Begitupun pada pemilu selanjutnya, sehingga jumlah partai politik semakin menyusut. Terakhir, pada pemilihan umum tahun 2014, jumlah partai politik menjadi 12 dan dua partai yaitu Partai Bulan Bintang dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia tidak lolos electoral threshold.

Secara internal, rakyat telah menikmati proses demokrasi itu. Tidak ada lagi kebebasan yang terpasung dan terbelenggu. Kebebasan yang demikian maju samapi pada era sekarang, sebagai contoh dalam satu keluarga terjadi perbedaan (pilihan) politik pun bisa diketahui publik secara terbuka.

Demikian juga pada pesta politik pemilihan presiden, dari tahun 2004 hingga 2014 ini tampak proses yang semakin dewasa. Lihat saja, pada pemilihan umum presiden tahun 2014, proses politik ini hampir  "sempurna", dengan majunya dua pasangan, yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla ternyata tidak memunculkan "dikotomi fanatisme" yang memungkinkan kita menjadi khawatir. Pemecahan kubu yang sedemikian rupa, ternyata tidak mempengaruhi kohesi sosial yang sudah terbentuk secara elok ini. Majunya dua pasangan capres ini juga tidak lantas menjadikan kita terbelah, kalaupun terbelah itu murni hanya terbelah secara pilihan politik, tidak yang lain.

Proses demokrasi yang damai ini, tidak saja kita nikmati, tetapi juga dipuji bangsa lain. Seorang Indonesianis, R William Liddle, Profesor Emeritus Ilmu Politik dari Ohio State University, Amerika Serikat, yang sejak awal reformasi memantau dari dekat pelaksanaan pemilu-pemilu di Indonesia, menyimpulkan bahwa pemilihan presiden 2014 adalah yang terbaik dari segi pendaftaran pemilih dan pengorganisasian hari pemilih sendiri. Pujian juga diberikan pada polisi, tentara dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengajak semua pihak agar menghormati hasil pemilihan presiden.


Alangkah indahnya apabila kita semua, warga Indonesia yang baru saja menikmati pesta demokrasi ini, kini mendukung presiden terpilih, Joko Widodo-JK. Para pendukung Prabowo-Hatta, ayo kita dukung presiden terpilih dengan cara kita masing-masing. Pihak Prabowo-Hatta dengan koalisi Merah Putih-nya, bisa jadi akan berkontribusi dengan menjadi penyeimbang  pemerintahan Joko Widodo. Asal bermain secara elegan, percayalah, bahwa oposisi yang sehat juga diperlukan untuk kemajuan bangsa yang kita cintai ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun