Note: Tadinya tulisan ini akan diposting malam tahun baru, tapi kesibukan penulis menyebabkan artikel ini baru ditulis awal tahun.
Sepanjang perjalanan tahun 2011, terjadi banyak peristiwa dalam dunia ekonomi dan bisnis di Indonesia. Dari mulai keputusan plin-plan untuk menaikan harga bbm ataupun membatasi subsidi bbm yang selalu mundur sejak tahun 2010, dibatalkannya pembangunan monorail digantikan dengan sistem yang lain, sehingga kemacetan bertambah parah, gejolak ekonomi global akibat krisis Eropa yang menghancurkan harapan para analisis pasar modal supaya dagangannya laku dengan sesumbar indeks tembus 4400, sampai kebijakan menurunkan suku bunga.
Namun ada hal-hal kecil yang terabaikan dan akan cenderung tetap diabaikan, yakni keadilan sosial dan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia. Padahal sistem ekonomi Indonesia adalah Sistem Ekonomi Sosial Pancasila, yang cenderung berasaskan sistem Sosialis bukan Kapitalis. Tapi sayangnya kita jauh lebih kapitalis ketimbang negara-negara kapitalis itu sendiri.
Kehadiran supermarket mini di berbagai tempat banyak mematikan potensi ekonomi warung dan pasar-pasar tradisional yang tadinya banyak memberikan sumbangan sebagai tulang punggung ekonomi negara kita. Begitu juga dengan sistem transportasi massal yang merakyat, terjangkau dan efektif sebagai pengurang kemacetan di berbagai kota di Indonesia. Kehadiran armada Bus Transjakarta misalnya, masih jauh dari harapan sebagian besar rakyat (termasuk penulis). Jumlah armada yang jauh dari mencukupi, jelas sangat menimbulkan ketidak-nyamanan bagi para penumpang serta menyebabkan banyak keterlambatan tiba di tempat kerja maupun pulang ke rumah. Sehingga alternatif motor maupun mobil pribadi, tetap menjadi pilihan banyak rakyat, apakah itu harus kredit, beli bekas, dan lain sebagainya. Padahal kemajuan pembangunan yang banyak ditunjukan oleh angka-angka setiap tahunnya, masih jauh panggang dari api. Karena tidak menyentuh aspek kehidupan rakyat banyak. Apa gunanya kemajuan pembangunan ekonomi jika kesenjangan sosial dan ekonomi semakin tinggi?
Tragedi Mesuji, Bima, dan lain sebagainya adalah contoh bagaimana runyamnya jika kesenjangan ini tidak diatasi dengan baik. Ini ibarat menyimpan bara api dalam sekam, suatu waktu akan meledak menjadi revolusi sosial yang menakutkan. Jika hal itu sampai terjadi, keamanan bagi orang kaya dan pemilik modal menjadi hal yang sangat riskan.
Sebaiknya di tahun 2012 ini, pemerintah harus lebih bijaksana dalam membuat banyak kebijakan, dan bisa menyeimbangkan antara kepentingan dunia usaha dan kepentingan rakyat kecil. Lebih baik meningkatkan ekonomi dengan pemerataan pembangunan secara adil dan beradab ketimbang melulu hanya melihat dari angka-angka saja. Semoga tragedi-tragedi kemarin menjadi bahan pembelajaran agar bisa introspeksi lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H