Mohon tunggu...
Alex Palit
Alex Palit Mohon Tunggu... Jurnalis - jurnalis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Struk

28 Desember 2020   00:35 Diperbarui: 28 Desember 2020   01:51 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Struk JNE (foto Alex Palit)

"Pa, ini struknya," ujar Takwa Okeda, anak saya yang sering dimintai tolong kirim paket buku ke JNE tak jauh jaraknya cukup ditempuh tiga menitan jalan kaki dari rumah, sambil menyerahkan struk bukti pengiriman. Lalu struk itupun saya simpan dalam laci meja komputer.   

Struk-struk itu sengaja tidak saya buang. Sebagai barang bukti pengiriman struk itu tidak saya buang masuk kaleng sampah. Sengaja disimpan, ditumpuk sampai bertumpuk-tumpuk di laci meja.  

Karena tak jarang ada pemesan buku menanyakan, apakah buku pesanannya sudah dikirim? Langsung saja struknya saya foto, langsung saya kirim lewat pesan whatsapp. Mudah-mudahan hari ini atau besok paketnya sudah sampai tujuan, di jawaban pesan saya. Hari itu juga atau satu dua hari kemudian ada balasan jawaban bahwa paket paket kirimannya sudah sampai, terimakasih, ditunggu karya berikutnya.

Begitu ada jawaban pesan bahwa kirimannya sudah sampai tujuan bukan saja hati ini lega, juga bahagia. Berarti paket tidak kesasar dan sudah diterima oleh sang pemesan. Terimakasih JNE paketnya sudah sampai tujuan dengan selamat.  

Sudah tentu sebagai penulis buku sangat tersanjung manakala buku karyanya mendapat respon dan diapresiasi para pembacanya. Sudah tentu bagi seorang penulis buku hal ini merupakan kebahgiaan tak terkira.

Entah ada berapa jumlahnya. Karena saya sendiri tidak pernah menghitungnya. Yang pasti sudah seratusan lebih saya kirim paket buku. Supaya tidak kelihatan berserakan di laci, struk itupun saya masukkan di tabung mika. Tersimpan lebih rapi.  

Saya pun tidak menyesal tidak membuang struk ini ke kaleng sampah karena nyampah untuk kemudian dibuang ke tempat sampah.

Ia bukan sekedar secarik kertas bukti pembayaran ongkos kirim, justru daripadanya tersimpan catatan nama. Siapa saja nama-nama dan asal kota pemesan buku. Bahkan kini di antara nama-nama tersebut kini terjalin pertemanan, termasuk pertemanan di facebook. Bahkan tak jarang di antara kita saling kirim pesan berkabarkabari kendati hanya lewat wa atau berupa komentar di facebook.

Begitupun saat launching buku baru, saya ambil tumpukan struk, siapa nama-nama yang pernah pesan buku, lalu saya cari kontak di whatsapp, saya kabari lewat pesan prihal buku saya baru. Jawabannya satu kata; order!

Apalah artinya sebuah struk, tapi setidaknya di sini saya memaknai tidak sekedar bukti pengiriman tapi di balik semua itu juga berupa kumpulan catatan nama pemesan buku. Mereka inilah pengapresiasi buku saya. Terimaksih buat semuanya!

Semoga atau setidaknya dari struk-struk ini saya pun merengkuh kebahagiaan mendapatkan banyak sahabat. Bahkan mereka pun selalu menyemangati saya untuk terus berkarya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun