Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Akulturasi Budaya dalam Keraton Kasepuhan Cirebon

27 November 2022   20:27 Diperbarui: 27 November 2022   20:44 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keramik tentang Alkitab PL pada beberapa pilar dalam Keraton Cirebon (Sumber: Ervan Hardoko/Kompas.com) 

Selain arsitekturnya yang menarik, keraton ini juga memiliki museum yang cukup lengkap dan berisi benda pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksinya adalah kereta Singa Barong yang merupakan kereta kencana Sunan Gunung Jati. Saat ini tidak lagi dipergunakan dan hanya dikeluarkan pada tiap 1 Syawal untuk "dimandikan".

Tiap tanggal 1 Syawal, Keraton Kasepuhan menggelar acara festival di Cirebon. Tetapi yang diarak bukan Kereta Singa Barong asli, namun duplikatnya. Kereta duplikat dibuat pada 1996 dan ditempatkan di bagian belakang museum, bersama beberapa benda peninggalan lainnya seperti aneka keris dan tandu kerajaan.

Museum Kereta Singa Barong  berada di seberang Museum Benda Kuno Keraton Kasepuhan Cirebon. Masuk ke sana kita melelwati pintu kayu yang tinggi. Pepohonan rindang membuat halamannya teduh. Pengunjung sedikit terlindungi dari matahari Cirebon yang terik.

Pintu masuk museum tidak terkunci. Kita juga tidak perlu membayar karcis lagi karena museum ini menjadi bagian dari Keraton Kasepuhan.

Menurut penuturan Maskun, nama Singa Barong berasal dari kata "sing ngarani bareng-bareng", artinya "yang memberi nama bersama-sama". Meskipun Namanya Singa Barong, tak ada ukiran singa pada kereta antik ini. Tetapi gabungan tiga hewan yakni gajah, naga dan garuda. Sangat detail.

Masih menurut Maksun, belalai gajah menyimbolkan persahabatan Keraton Cirebon dengan India. Kepala naga atau liong melambangkan persahabatan dengan China. Sementara garuda, melambangkan Cirebon yang bersahabat dengan Mesir.

"Kepala naga itu  menunjukkan bahwa salah satu istri Sunan Gunung Jati berasal dari China, yaitu Ong Tien Nio alias Rara Sumanding," jelasnya.

Sementara di sisi kiri dan kanan kereta terlihat sepasang sayap, yang jika kereta itu bergerak maka kedua sayap itu akan mengepak.

"Sayap ini adalah sayap paksi atau bouraq menunjukkan hubungan dengan Mesir yang Islam. Ayah Sunan Gunung Jati adalah raja Mesir, Syarif Abdullah," papar Maksun lebih lanjut.

Kereta Singa Barong (Sumber: Ervan Hardoko/Kompas.com) 
Kereta Singa Barong (Sumber: Ervan Hardoko/Kompas.com) 

Kereta Singa Barong terbuat dari kayu laban yang terkenal awet. Teknologi roda shockbreaker diprediksi didatangkan dari Belanda dan tergolong canggih pada masanya. "Kereta ini digunakan dalam acara-acara kerajaan sejak Sunan Gunung Jati. Tapi di kereta ini Sultan tidak didampingi ratu, karena ratu menggunakan kereta tersendiri," jelas Maskun. Kereta biasanya ditarik empat ekor kerbau albino.

Kereta Singa Barong terakhir kali dipergunakan pada tahun 1942, saat Sultan Sepuh X memerintah Cirebon. Usai itu, Kesultanan Cirebon memutuskan menjadi bagian dari NKRI dan taat pada pemerintahan di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun