Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Setelah Dua Abad Belanda di Batavia, Barulah Gereja Katolik Dibangun

27 November 2022   09:21 Diperbarui: 27 November 2022   09:31 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gereja Katedral Jakarta tahun 1950-an (Sumber: Repro Buku Gereja-Gereja Tua di Jakarta) 

Gereja Katedral Jakarta yang diberi nama Santa  Maria Pelindung Diangkat Ke Surga dirancang oleh Pastor Antonius Dijkmans, SJ. Diresmikan dan diberkati pada 21 April 1901 oleh Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, SJ, Vikaris Apostolik Jakarta.

"Belanda Rasa Perancis"

Negeri Belanda sedang dikuasai Prancis akibat kalah perang. Prancis mengangkat Louis Napoleon (1807-1826) sebagai raja Belanda. Ia seorang Perancis beragama Katolik. Salah satu kebijakan Louis Napoleon adalah menekankan kebebasan umat beragama. Sebab itu pada tanggal 8 Mei 1807 pimpinan gereja Katolik di Roma mendapat persetujuan sang Raja untuk mendirikan Prefektur Apostolik Hindia Belanda yakni di Batavia. Prefektur Apostolik adalah wilayah Gereja Katolik yang bernaung langsung di bawah pimpinan Gereja Katolik di Roma. Untuk Hindia Belanda, ditunjuk seorang imam oleh Paus sebagai Prefek Apostolik, semacam pelaksana tugas.

April 1808 datang dua imam dari Belanda ke Batavia yakni, Pastor Yacobus Nelissen dan Pastor Lambertus Prinsen. Pastor  Nelissen diangkat sebagai Prefek Apostolik. Setelah hampir dua abad Belanda datang ke Batavia, barulah  ada Gereja Katolik di kota ini. Selama tahun 1808, mereka membaptis 14 orang, yaitu seorang dewasa keturunan Eropa Timur, delapan anak hasil hubungan gelap, di antaranya ada empat yang ibunya masih berstatus budak, dan hanya lima anak dari pasangan orang tua yang sah status perkawinannya.

Bekas Kapel Chasteleijn

Waktu itu yang menjadi Gubernur Jenderal adalah Herman Willem Daendels. Dia taat benar pada Raja Louis Napoleon yang mengangkatnya.  Maka ia berkewajiban menyiapkan rumah ibadah yang dapat dipakai untuk misa dan ritual lainnya. Deandels membeli sebuah kapel kecil di pinggir Jalan Kenanga, di daerah Senen, menuju Istana Weltevreden (sekarang RSPAD Gatot Subroto). Kapel ini milik Cornelis Chasteleijn yang sudah bermukim di Depok, yang sebelumnya dipakai  jemaat Protestan berbahasa Melayu,  dan pada hari biasa dipakai sebagai sekolah.

Karena kurang layak, bangunan itu direnovasi oleh Pastor Nelissen. Pekerjaan renovasi dipercayakan kepada pengusaha Tjung Sun. Kapel yang bisa menampung 200 anggota jemaat inilah yang menjadi tempat beribadat umat Katolik di Batavia dengan nama pelindung Santo Ludovikus. Tetapi kapel persebut ikut terbakar ketika segitiga Senen dilalap si jago merah pada 27 Juli 1826. Pastoran turut lebur menjadi abu bersama 180 rumah lainnya.

Pada waktu itu yang menjabat sebagai Komisaris Jenderal Batavia adalah Leonardus Petrus Josephus Burggraaf Du Bus de Ghisignies. Makhlum ningrat Eropa, jadi nama mesti panjang. Ia orang Belgia dan penganut Katolik. Sebagai Komjen ia bisa lebih berkuasa dari seorang Gubernur Jenderal. Apalagi kalau urusan keuangan. Du Bus De Ghisignies benar-benar memakai pengaruhnya dengan berusaha mendirikan gereja baru.

Ia minta Dewan Gereja Katedral membeli persil bekas istana Gubernur Jenderal di pojok barat/utara Lapangan Banteng (dulu Waterlooplein) yang waktu itu dipakai sebagai kantor oleh Departemen Pertahanan. Di situ berdiri bangunan bekas kediaman Jenderal de Kock, Panglima Perang Hindia Belanda. Umat Katolik diminta membeli tanah dan rumah itu seharga 20.000 gulden.

Pada tahun 1826 sang Komjen memerintahkan Ir. Tromp untuk menyelesaikan "Gedung Putih" yang dimulai oleh Daendels (1809) dan kini sebagai kantor Departemen Keuangan di Lapangan Banteng. Tromp juga diminta membangun kediaman resmi komandan Angkatan Bersenjata (1830) yang sekarang menjadi Gedung Pancasila di Jl. Pejambon. Ia juga diminta merancang Gereja Katolik pertama di Batavia. Masih berupa kapel. Tempatnya adalah yang sekarang dipakai Gereja Katedral.

Semua bangunan yang disebutkan di atas kini berada di kawasan "ring satu" RI, dengan mengambil Istana Negara sebagai pusarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun