Mohon tunggu...
Alex Japalatu
Alex Japalatu Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis

Suka kopi, musik, film dan jalan-jalan. Senang menulis tentang kebiasaan sehari-hari warga di berbagai pelosok Indonesia yang didatangi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Matinya Profesi Pendongeng Keliling di Kodi

3 November 2022   07:32 Diperbarui: 3 November 2022   13:38 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok raksasa dalam cerita rakyat (Sumber:Youtube Riri Cerita Anak Inteaktif via Kompas.com)

Seluruh mitos dan legenda pada suku Kodi di Sumba diwariskan secara lisan kepada generasi yang lebih muda. Juga nilai-nilai yang menjadi pegangan dalam kehidupan sehari-hari di sana. Sebab itu ada yang berprofesi sebagai tukang cerita keliling atau pendongeng di sana. Saya tidak melakukan penelitian secara khusus, tetapi profesi ini masih ada sampai tahun 1980-an.

Disebut profesi sebab si pendongeng beroleh bayaran dari pekerjaannya itu.  Nenek saya mengingat (ia sudah meninggal tahun 2011 dalam usia sekitar 95 tahun), pada masa ia remaja, seorang pendongeng dibayar dengan seekor kuda setelah ia mendongeng selama beberapa hari di kampung itu. Setiap malam ia bercerita dan beberapa kampung tetangga akan datang untuk ikut mendengarkan.

Ketika saya kecil sekitar tahun 1980, pendongeng yang diundang mendapat jamuan spesial: Ayam kampung yang dimasak utuh sebagai lauk dan sejumlah uang. Jika kepala kampung atau yang dituakan pada kampung itu adalah orang berpunya, ia akan menyembelih babi.

Biasanya profesi pendongeng diwariskan. Secara turun-temurun dalam satu keluarga. Seperti juga keahlian mengobati penyakit, dukun beranak dan pawang hujan. Apakah karena si anak tertarik melihat profesi orang tuanya dan memilih jalan yang sama, atau barangkali ada "gen" tersendiri dalam tubuh mereka?

Ketika seorang pendongeng diundang berarti ia akan bercerita kisah yang panjang (ngarakedeko maloyo=cerita panjang). Artinya bisa semalaman ia bercerita. Berjam-jam. Sampai anak-anak tertidur. Mungkin seperti kalau orang nanggap wayang di Jawa. Lalu esok malam kisah yang lain lagi.

Satu cerita bisa banyak versi. Juga cara mendramatisasinya. Beda orang beda cara. Ada tokoh raksasa Maghu Rumba yang digambarkan serakah. Ada nenek sihir bernama  Inya Lolo Kapadu. Hingga legenda yang "menciptakan" wilayah Kodi dalam diri Temba dan Raghi, atau Pokel dan Mangil. Ada kisah tentang Lete Watu, serta nona manis Rara Winyo yang melatari lahirnya kebiasaan pungut nyale dan atraksi pasola di Kodi saat ini. Nama Rara Winyo diabadikan menjadi nama salah satu lapangan tempat atraksi pasola berlangsung.

Ada pula legenda tentang Lendu Myamba dan sahabat karibnya seekor ular besar bernama Pala Kawata. Ada mitos tentang terciptanya mata air atau danau dan nama kampung.

Yang pasti sosok Maghu Rumba ini selalu digambarkan serakah. Makan apa saja. Mudah tersinggung. Gampang marah. Dan bodoh. Karakter yang mudah kita temukan dalam pribadi banyak homo sapiens hari ini!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun