Saya pejalan kaki yang "on-off". Maksud saya, jalan kaki yang disengaja, yakni jalan pagi. Kadang rajin, kadang malas. Padahal kalau sedang "kumat" rajinnya, setiap hari saya berjalan melewati jalur yang sama sejauh sekitar 8,5 kilometer. Turun di Jembatan Kuning, yakni jembatan gantung di atas Sungai Ciliwung di bawah Kampung Ceplik Depok, menyusuri jalan-jalan kampung, masuk Jalan Kalimulya, berbelok ke perumahan Grand Depok City (GDC), berbelok lagi ke Jalan Citayam Raya, dan finish di mulut Gang Ceplik. Lebih dari 10 ribu langkah.
Tetapi kalau sudah di GDC saya sering ragu, apakah jarak sekitar 3 km yang tersisa, yakni menyusuri Jalan Citayam Raya itu saya "ambil" dengan berjalan kaki atau saya naik angkot? Lebih sering, tidak. Makhlum kawan, ini jalanan yang padat. Kelewat ramai dengan sepeda motor dan angkot berseliweran, para pengendara yang selalu terburu-buru, saya khawatir tertabrak. Sebab seuplik trotoar yang ada sudah diokupasi oleh para pedagang. Pejalan kaki harus mengalah, turun ke jalan raya.
Kawan, keinginan jalan kaki saya "kumat" itu lebih sering karena mengingat anjuran dokter bahwa peredaran darah saya mesti lancar, terkait pengentalan darah yang saya derita. Pilihan yang diberikan oleh dokter, mati muda atau mati tua? Saya bilang, mati tua dengan sehat! Dus, kita baru merasa kesehatan menjadi hal yang penting setelah pernah mengalami sakit.
Namun sering pula saya rajin berjalan kaki untuk memenuhi hobi saya, memotret. Tentu tidak selalu membawa kamera dengan peralatannya, tetapi pakai HP. Memotret dengan smartphone. Karena suka memotret ini, saya selalu tertantang untuk menemukan sasaran baru. Sebab dalam perjalanan itu banyak obyek yang bisa difoto: Bunga-bunga, bangunan, plakat, poster kampanye, sumpah serapah larangan membuang sampah, Â tetapi terutama perilaku manusia.
Tetapi kemalasan sering tak ada duanya. Ya, malas saja. Dengan pelbagai pembenarannya. Bangun pagi, buka laptop, baca berita, menulis, tiba-tiba matahari sudah tinggi. Timbul alasan baru, sudah panas. Dan berbagai alasan lainnya.
Hanya niat kuat yang bisa mengalahkan kemalasan. Juga dalam melakukan semua hal. Juga untuk rajin jalan kaki.
Tanpa niat, tak akan terwujud. Sangat klasik, bukan?