Mohon tunggu...
Alexander Philiph
Alexander Philiph Mohon Tunggu... Auditor - Buruh Pemerintah RI di BPKP || Founder PeopleTalkPeople || Pengamen & Tukang Potret di Jalanan || Gamer || Penulis Lepas

“Agama bukanlah candu bagi masyarakat, Agama itu pembenaran akan keyakinan yang telah menjadi tradisi dan budaya. Ketika pembenaran itu bertemu dengan pembenaran yang lain, distorsi bisa saja terjadi yang acapkali kaum minoritas menjadi korban dari pembenaran atas keyakinan itu sendiri, yang belum tentu apakah kenyakinan tersebut bisa dipertanggungjawabkan atau tidak. (Alexander Philiph Sitinjak)” -LIA, Lux In Adulescens!! (Cahaya Dalam Anak Muda)-

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gerakan Parlemen Jalanan versus Gerakan Media Sosial

10 Mei 2017   10:24 Diperbarui: 10 Mei 2017   10:46 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan bekerja lebih baik, berintegritas, kerja cerdas, jujur, dan menunjukkan kualitas dalam setiap pekerjaan itu sudah lebih dari cukup untuk melakukan tindakan nyata terhadap NKRI ditambah berdoa dengan kepercayaan masing-masing sambil melakukan wujud syukur kepada Sang Pencipta.

Apakah itu saja tindakan nyata terhadap NKRI? TIDAK !Kita harus menemukan formula yang tepat bagaimana tidak hanya gerakan media sosial saja, bahkan harus merumuskan lebih keras lagi, gerakan yang harus dilakukan ini. Karena yang dilawan adalah “cara berpikir sekretarian”, seperti media luar The Washington Postmenulis kepala berita"Christian governor of Jakarta sentenced to prison for blasphemy against Koran".Lebih lanjut koran terkemuka AS ini menulis, hakim ketua mengatakan, bahwa pengadilan murni kasus pidana dan menolak bahwa ada aspek politik dalam kasus ini. Tuduhanblasphemyterhadap Ahok merupakan faktor penentu bagi kekalahannya dalam pilkada gubernur Jakarta bulan April lalu. Kelompok Islam garis keras menyebar propaganda, adalah berdosa bagi kaum Muslim jika memilih pemimpin non-Muslim tulis koran ini.

Penulis berkesimpulan bahwa “Silent Majority”tidak hanya bangkit di media sosial, bisa saja bergerak dalam parlemen jalanan.. Atau gerakan lain yang di cap efektif.

Jangan lupa diseruput teh atau kopinya ya………

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun