Seorang sahabat mengeluh pada Aleteia.
"Aku telah kehilangan segalanya."
"Kau tak pernah kehilangan apapun." Jawab Aleteia.
"Aleteia, dengarlah. Telah kuturuti kehendak semesta. Kuhinakan diriku agar harapan-harapanku tidak menggantung pada kehampaan. Kukecilkan hidupku agar mimpi-mimpi masa mudaku tidak hanya tinggal dalam bayang-bayang langit. Saat jarakku dengan mimpi dan harapanku tinggal sejengkal, semesta menghukumku tanpa alasan dengan mengambil semuanya dariku."
Demi mendengar perkataan sahabatnya, Aleteia tertawa.
"Aleteia, kau menghakimiku dengan tawamu."
"Aku tidak menghakimimu. Kau menghakimi dirimu sendiri. Kau bilang kau mengikuti kehendak semesta, nyatanya kau hanya mengikuti kehendakmu sendiri. Dengarlah sahabatku. Belajarlah untuk mengenal semesta dengan baik. Jangan kau kubur dirinya dalam pekat keinginanmu. Berhentilah memasung hidup dalam kesempitan mimpi dan harapanmu. Lihatlah, semesta telah menghamparkan keindahan seluas tubuhnya. Masihkah kau merasa kehilangan segalanya?"
"Aleteia, kau membuatku merasa seperti pencinta tanpa harga diri. Katakanlah sekarang, apa yang harus kulakukan?"
"Ikhlaskanlah. Keikhlasan adalah kesanggupan untuk memiliki tanpa memiliki, dan keberanian untuk mencintai dalam kehilangan. Saat kau mampu melakukannya, kau tidak lagi punya kesempatan untuk bermimpi dan berharap pada semesta. Kaulah semesta itu sendiri."