Siapa sangka akan terjadi banjir bandang yang menerjang daerah Masamba dan sekiarnya, di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan pada Senin, (13/7/2020) malam. Peristiwa banjir ini disebabkan meluapnya sungai Masamba yang membuat akses jalan tertutup lumpur dengan ketinggian beragam, juga sampah yang berserakan di sudut-sudut kota. Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Makassar Nur Asia Utami mengatakan, banjir bandang tersebut diakibatkan hujan lebat yang dipengaruhi suhu muka laut di Teluk Bone.Banjir yang disebabkan luapan air sungai tersebut membawa material lumpur dan batang pohon berukuran besar, sehingga menyebabkan akses Jalan Nasional Trans Sulawesi Palopo-Masamba menuju Kota Masamba, Luwu Utara terputus karena banjir disertai lumpur setinggi 1,0 meter dan Bandara Andi Jemma tertutup material banjir bandang. Jalur jalan raya baru bisa dilewati setelah dilaksanakan pembersihan dengan menggunakan sejumlah alat berat.
Masalah banjir bandang yang sering terjadi dibagai tempat di tanah air tentu membutuhkan langkah strategis, efektif dan efisien untuk mengatasinya. Kalau kita telusuri persoalan ini maka kita akan temukan berbagai bentuk penyebab banjir bandang. Namun kali ini banjir bandang yang terjadi di Masamba (Kota Masamba, sebagian wilayah Rongkong, Malangke, Sabbang dan beberapa bagian lainnya), Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan tentu kalau kita melihat bekas banjir yang meninggalkan genangan lumpur ada yang tinggi sampai satu meter disertai dengan kayu gelondongan, maka tentu kita dapat memperkirakan bahwa lokasi hutan yang ada d atasnya sudah dibabat kayunya. Apalagi  gunung yang ada disana memiliki tanah berpasir dan bukan tanah liat. Berdasarkan kondisi bagian hutan dan bagian di atas.
Kondisi lapangan sejalan dengan hasil penelitian penulis tahun 1996 ketika terjadi banjir bandang yang terjadi di daerah Sabbang, Baebunta sampai ke Malangke. Waktu itu penyebabnya karena pembabatan hutan oleh PT KTT dan menyebabkan pasir dan sisa sisa kayu tebangan perusahan terbawah air, apalagi tanah berpasir dengan gampang terbawah air hujan, apalagi kalau hujan berlangsung lama, maka dengan sendirinya tanah pasir dan sisa sisa kayu akan terbawah air menyebabkan banjir. Lokasi yang kami teliti termasuk masuk sampai puncak gunung pada tahun 1996 selama dua minggu, memberi gamaran bahwa penyebab banjir kali ini tidak terlalu jauh bedah.
Hanya saja, banjir bandang kali ini bergeser ke arah agak utara menyebabkan terjadinya banjir bandang di Masamba dan daerah Radda.
Kebun kelapa sawit
Menurut sejumlah infirmasi yang kami dapatkan di lapangan, termasuk wawancarai sejumlah penduduk di Masamba bahwa bagian atas dijadikan kebun kelapa sawit. Dalam mengelola lahan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit maka kayu yang ada semua ditebang. Â Karena kayu sudah ditebang untuk mempermuda lokasi ditanami, maka kondisi tanah berpasir, maka ketika datang hujan, pasir terbawah air dan juga kayu bekas tebangan petani dan perusahaan (?) yang membuka lahan menjadi perkebunan kelapa sawit.
Mengungsi dan meninggal
Hingga 17/7/2020 jumlah pengungsi lebih 15.000 dan korban meninggal 20 orang lebih. Bahkan tgl 16/7/2020 kami menghadiri ibadah penghiburan sekaligus ibadah pemakaman Fadli (umur 16 tahun) yang mayatnya baru diketemukan setelah tiga hari tiga malam terbawah arus, yang merupakan anggota Gereja Toraja jemaat Randda yang ke lima, dan masih ada 4 lagi warga jemaat yang belum ditemukan, apakah pergi megungsi ke tempat lain ataukah sudah terbawah arus dan mayatnya belum ditemukan.
Pasir dan kayu
Selama beberapa hari bahana berkeliling di Masamba dan sekitarnya, memperlihatkan bahwa begitu banyak pasir dan kayu gelondongan yang ada. Banyak masyarakat memanfaatkan kesempatan ini dengan mengelola kayu yaitu menggunakan alat sensor guna membuat papan dan balok balok karena sangat banyak kayu yang dibeah oleh  air. Hal ini terlihat juga di pinggir sungai Rongkong di Sabbang dan beberapa kebun masyarakat yang dipenuhi kayu. Sudah beberapa hari masyarakat mengerjakan kayu memakai sensor, apalagi petani yang kebunnya dipenuhi pasir dan kayu gelondongan. Bahkan dalam pengamatan di lapangan memerlihatkan banyak truk mengangkut kayu untuk kebutuhan dapur berupa kayu bakar.