Mohon tunggu...
Aleksander Mangoting
Aleksander Mangoting Mohon Tunggu... Pendamping masyarakat

Sangat menyenangkan hidup dengan masyarakat kurang beruntung.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Dari Toraja ke Ungaran, Jawa Tengah menikmati gudeg

4 Juli 2025   08:46 Diperbarui: 4 Juli 2025   08:46 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi gudeg dinikmati pagi hari ditambah lombok biji hijau sesuai selerah Toraja (Foto : Aleksander Mangoting)

Pagi 4 Juli 2025 sejuk angin semilir meniup dedaunan diatas bukit di Ungaran Jawa Terngah, duduk menikmati sarapan pagi dengan nasi gudeg. Gudeg adalah hidangan khas Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, terbuat dari nangka muda (gori) yang dimasak dengan santan kelapa

Pembuatan gudeg memerlukan waktu hingga berjam-jam. Warna cokelat dari gudeg biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak secar bersamaan. Biasanya, gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung , telur, tempe, tahu dan sambal goreng krecek. Dan sebagai orang Toraja yang suka lombok, tak lupa memetik lombok hijau untuk tambahan.

Gudeg merupakan makanan khas di Jawa yang biasanya dihidangkan sebagai masakan rumahan atau hidangan jalanan. Saat ini, gudeg juga diproduksi secara industri sebagai makanan kaleng. Gudeg juga dapat ditemui di luar Indonesia, khususnya di negara tetangga.

 

Asal-usul

Nangka muda yang belum dipetikNangka muda yang sudah dipotong-potong

Gudeg dibuat dari buah nangka yang tumbuh di banyak pulau di Indonesia, khususnya di Jawa dan merupakan tanaman pangan yang cukup penting. Rempah-rempah dan bumbu tertentu digunakan dalam perebusan nangka muda. Rempah-rempah yang dipakai dalam gudeg ini juga dapat meningkatkan masa simpan gudeg.[3]

Terdapat legenda di Jawa Tengah yang mengaitkan asal-usul gudeg dengan berdirinya Kesultanan Mataram pada akhir abad ke-16. Dikisahkan pada saat itu pejuang yang membuka hutan untuk pembangunan ibu kota negara baru di wilayah Yogyakarta saat ini tidak mendapat pasokan makanan yang memadai. Sementara itu, hanya pohon nangka dan kelapa yang tumbuh subur di hutan tersebut. Saat masih muda buah nangka keras dan tidak dapat dimakan mentah. Pejuang tersebut merebus buah nangka muda dalam santan dalam panci logam besar dan mengaduknya dengan papan kayu. Proses memasak seperti ini dalam bahasa Jawa sehari-hari disebut hangudk (jw. Hangudek)---"mengaduk". Dari kata inilah menurut legenda, asal mula nama makanan yang ditemukan oleh prajurit Mataram tersebut, "Gudeg".

Proses pembuatan

Gudeg dibuat dari daging buah nangka yang masih mentah. Berbeda dengan daging buah nangka matang, lembut, kuning cerah, berminyak, dan rasanya sangat manis, Nangka mentmemiliki konsistensi padat dan agak kering, bergetah, berwarna keputihan atau krem ringan, dan tidak bisa dimakan mentah. Setelah kulitnya dikupas, nangka muda dipotong kecil-kecil dan direbus terlebih dahulu dalam air mendidih sampai lunak. Setelah itu, potongan nangka dituangkan dengan santan---sering dicampur dengan air kelapa, dibumbui dengan bumbu tertentu dan direbus lama---biasanya selama 4--6 jam.[4][5]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun