Dalam perjalanan hari kedua, semuanya dilalui dalam hutan yang belum pernah terjamah oleh manusia. Perjalanan ini lebih menegangkan dan penuh tantangan. Jadi sepanjang hari kedua mereka menikmati keindahan ciptaan Tuhan dalam hutan yang masih perawan, namun dengan udara pengab. Mereka bermalam disebu Camp bermalam yang tidak mempunyai dinding, hanya atap. Mereka tidur beralaskan tanah diselimuti dinginnya selimut dinginnnya hutan. Hari ketiga dalam perjalanan mereka, sesudah berjalan beberapa jam maka mereka tiga di pinggir hutan. Kemudian berjalan beriringan dengan rombongan mendekati perkampungan disambut dengan masyarakat. Malamnya bermalam di Wotu, smbil menghabiskan hari minggu di Wotu. Hari senin sebelum melanjutkan perjalanan ke Malili, terlebih dahulu berpamitan dengan A.C. Kruyt yang telah mengantar dari Pendolo ke Wotu. Dari Wotu naik perahu ke Malili. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Palopo bersama rombongannya. Setelah bersitirahat di Palopo selama dua minggu kemudian melanjutkan perjalan ke Rantepao yang ditempuh selama dua hari. Anton, istri dan rombongan baru tiba kembali di Rantepao pada tanggal 9 Mei 1914 (sebulan dalam perjalanan Tentena-Rantepao).
Salah satu oleh-oleh untuk dunia pendidikan adalah terbitnya buku "Soera' iate Peladaran Basa Soera'" (terjemahan bebas : Buku ini buku pelajaran. Buku ini sebagai slaah satu hasil karya dibawah bimbingan Dr. Adriani dibantu tiga pemuda Tortaja yang menyertai perjalanannya yaitu Kadang, Bokko' dan Taroe'. Selain itu, juga membawah dua guru baru yaitu : Runtuwene dan Abraham dan dua murid yaitu : Konda dan Barina.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI