"Dari emosi terbawa ke fisik, lalu akhirnya menghadapi stres. Stres yang dihadapi di tahanan, jadi memudahkan lagi untuk menjadi sakit," kata Mintarsih.
Kemungkinan Sakit Pura-Pura?
Saat disinggung mengenai kemungkinan Nikita pura-pura sakit, mengingat pola yang sering terjadi di kasus-kasus sebelumnya, Mintarsih menyerahkan penilaian tersebut kepada pihak rumah sakit.Â
"Jadi yang menentukan adalah rumah sakit bagaimana. Tapi sekarang kan ini diterima, diterima dan dirawat. Jadi ya kita harus menganggap bahwa ini benar," tegasnya.
Hubungan Jiwa dan Raga yang Saling Terkait
Mintarsih menegaskan bahwa jiwa dan raga memiliki hubungan yang sangat erat. Stres dapat memicu penyakit fisik, dan sebaliknya, penyakit fisik dapat menyebabkan stres.Â
"Sakit kan bisa karena dasarnya, tapi dasar itu juga ditentukan oleh emosi. Jiwa dan raga itu kan saling terkait. Karena adanya faktor stres, maka menjadi penyakit fisik. Karena penyakit fisik, akhirnya jadi stres. Itu sama-sama saling terkait," paparnya.
Ia menambahkan, bagi individu ekstrovert seperti Nikita, penahanan di penjara tanpa teman bicara dapat menimbulkan stres yang signifikan. "Mestinya dia cukup stres kan. Apalagi kita bayangkan, orangnya orang yang lebih ekstrovert, kemudian dia ditahan di penjara. Kalau dia tidak mendapatkan teman untuk berbicara, untuk mengungkapkan pendapatnya, maka dia juga akan stres," ucapnya.
Dampak Jangka Panjang dan Saran Psikologis
Mengenai efek jangka panjang dari proses hukum terhadap kesehatan mental, Mintarsih memprediksi bahwa orang yang sering mengungkapkan sesuatu dengan emosi, seperti Nikita, mungkin akan mengalami hal-hal fisik. "Efek jangka panjangnya, ya efek jangka panjangnya seperti juga pada orang-orang tahanan yang lain, bagaimana efeknya mungkin pada dirinya, pada diri kita, karena dia orangnya seringkali mengungkapkan sesuatu dengan emosi, maka mungkin saja akan jendul ya, mengalami hal-hal fisik," jelasnya.
Sebagai saran, Mintarsih menekankan pentingnya meredakan emosi jika memang penyebab sakitnya adalah faktor emosi. Ia juga menyoroti bahwa dukungan psikologis penting bagi setiap orang, tidak hanya pada figur publik. "Dukungan psikologi bisa pada setiap orang kan, bukan hanya pada dirinya," pungkasnya.