Mohon tunggu...
Aldi Tia Prayoga
Aldi Tia Prayoga Mohon Tunggu... Seniman - Petani Kota

Tidak ada yang penting dari saya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Ayah, dan Laut

5 April 2022   12:18 Diperbarui: 5 April 2022   13:50 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

         Di sore hari yang menguning lengit, ada seorang Nelayan dan anaknya yang sedang melepas rindu. Di tengah hamparan laut mereka memancing ikan diantara tumpukan-tumpukan sampah yang membentang disekeliling mereka. Sang Ayah sangat merindukan masa-masa ini, tetapi si anak malah sebaliknya, ia lebih senang dengan kehidupan barunya di Kota. Dengan raut wajah yang bosan si anak berkata.

“Kenapa kita kesini sih, Pak?”

“Memang kamu tidak rindu, dengan ini?” jawab sang Ayah sambil menunjukan jaring pancing yang sering digunakan anaknya semasa kecil.

Si anak malah mengabaikan tindakan sang Ayah, dan malah sibuk dengan ponselnya, sambil berkata.

“Dikota itu lebih enak Pak, lebih nyaman. Disana Bapak bisa dapat semuanya, saya bisa bawa Bapak ke Kota, Bapak bisa tinggal dengan Saya. Saya mampu memenuhi kebutuhan Bapak disana.”

Sang Ayah terdiam sambil mangangkat jaring, dan membersihkan sampah dijaring.

“Sudahlah, pak, disini itu banyak sampah, masih saja menjaring disini. Berapa sih penghasilan dari semua ini. Apalagi keadaan laut seperti ini, mana mungkin Bapak bisa mendapatkan ikan seperti dulu.”

         Sang Ayah masih tidak habis pikir dengan pemikiran anaknya yang sudah berubah semenjak meninggalkan keluarganya, ia lebih mementingkan kehidupannya yang baru. Sang Ayah kecewa dengan anaknya karena tidak mau merasakan kehidupannya yang dahulu, dimana saat kecil ia senang sekali diajak pergi memancing, menangkap ikan, bermain dengan air di laut.

            Tidak lama kemudian sang Ayah kembali menarik jaringnya, dan ia merasa jaringnya berat sekali. Awalnya ia mengira bahwa ini hanyalah tumpukan sampah, setelah berhasil menarik jaringnya ternyata terdapat seekor ikan badut diantara tumpukan sampah dijaringnya.

“Nak lihat Bapak dapat ikan!”

“Paling juga sampah lagi.” sahut si anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun