Mohon tunggu...
Aldion Wirasenjaya
Aldion Wirasenjaya Mohon Tunggu... Editor - Journalism is fun

Jurnalis/redaktur di Harian Waspada Medan dan waspada.id

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Clash of the Titans: Ford Versus Ferrari

31 Oktober 2019   09:07 Diperbarui: 5 November 2019   20:42 1859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ford GT40 di Le Mans 1966 (Dokumentasi Ford Motor Company)

Rivalitas menjadi sebuah hal yang sangat menarik untuk diikuti. Masing-masing kubu akan berjuang untuk menjadi yang terbaik dalam bidangnya. Dan hal itu tak ayal menciptakan persaingan inovasi. Itulah yang terjadi dalam pertarungan antara dua raksasa otomotif dunia, Ford dan Ferrari.

Kedua perusahaan tersebut sangat dikenal di seantero jagat. Ford Motor Company yang berasal dari Amerika Serikat didirikan oleh Henry Ford pada 16 Juni 1903. Sebagian besar produk mereka adalah kendaraan penumpang umum dengan jumlah penjualan yang masif dan harga terjangkau.

Sementara Ferrari merupakan produsen kendaraan eksotis berharga fantastis dengan performa tinggi. Perusahaan yang didirikan oleh Enzo Ferrari di Maranello, Italia, pada 1947 ini hanya menjual produk mereka kepada kalangan penyuka kecepatan berkantong tebal dengan gaya hidup mewah.

Ford ingin kuasai Eropa

Pada awal 1960, Ford yang saat itu dipimpin oleh Henry Ford II bermimpi untuk menjadi penguasa Eropa dengan produk yang mereka miliki.

Namun, hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Untuk mencapai mimpinya, Ford harus terlebih dahulu ikut serta dan memenangi balapan 24 Hours of Le Mans di Perancis, sebuah ajang balap ketahanan yang sangat bergengsi dan melelahkan.

Akan tetapi, masalah yang muncul adalah, perusahaan asal Detroit itu sangat minim pengalaman di ajang adu kecepatan.

Beruntung, pada saat yang bersamaan, Ferrari tengah terlilit masalah keuangan dan Ford langsung menyambar kesempatan untuk membeli perusahaan berlogo kuda jingkrak tersebut seharga US$16 juta (sekitar Rp227 miliar) dan Enzo setuju.

Ferrari hina Ford

Pada 21 Mei 1963 rombongan pejabat dan pengacara Ford yang berjumlah 12 orang bertolak menuju Maranello untuk menemui Enzo dan membahas kontrak .

Namun, bencana terjadi. Enzo, yang saat itu hanya ditemani oleh seorang pengacaranya, memutuskan untuk membatalkan kontrak perjanjian jual-beli setelah membaca butir yang menyebutkan bahwa pihak pembeli (Ford) juga mengambil alih divisi motorsport Ferrari. Enzo lantas menuliskan, "Tidak, (hal) itu tidak bagus" di surat kontrak.

Tidak hanya itu, Enzo juga melontarkan celotehan ofensif dalam bahasa Italia kepada jajaran petinggi Ford. Ia kemudian pergi begitu saja meninggalkan mereka dalam keadaan melongo, tidak percaya pada apa yang baru saja terjadi. Ford telah dipermalukan dan dihina.

Hancurkan Ferrari!

Mendengar kabar itu, Henry Ford II murka. Ia lantas memanggil semua kepala divisi dan para pejabatnya. Dalam kemarahannya, Henry berkata, "Buatkan saya mobil yang akan menghancurkan Ferrari di Le Mans!"

Menciptakan mobil balap untuk bertarung di Le Mans tidaklah mudah, bahkan untuk perusahaan sebesar Ford sekalipun. Kendaraan yang bertarung di balapan paling bergengsi dunia itu harus memiliki kriteria di atas rata-rata. Mobil harus memiliki ketahanan luar biasa.

Sebagai gambaran, seluruh kendaraan yang dipacu di Le Mans harus mampu menempuh jarak 4.800 kilometer, melakukan perpindahan transmisi 9.000 kali, dan dipacu dengan kecepatan maksimal 320 kilometer per jam (kpj) selama 24 jam tanpa henti.

Sialnya lagi, untuk dapat berpertisipasi di Le Mans 1964, Ford hanya memiliki waktu 10 bulan. Ini merupakan tantangan terbesar yang pernah dihadapi Ford kala itu.

 

Jajaran Petinggi Ford bersama GT40 (Dokumentasi Ford Motor Company)
Jajaran Petinggi Ford bersama GT40 (Dokumentasi Ford Motor Company)
Kelahiran Ford GT40

Dengan rentang waktu yang sangat terbatas, Ford kemudian melahirkan mobil balap dengan nama GT40. Dinamai demikian, karena kendaraan aerodinamis bermesin V8 dengan kapasitas 4.200cc ini hanya memiliki tinggi 40 inci (1.02 meter).

Akan tetapi, sesempurna apapun kendaraan yang mereka ciptakan di atas kertas, semuanya sekadar mimpi dan harapan hingga kendaraan tersebut dapat membuktikan dirinya di lintasan balap.

Dalam uji coba di lintasan balap Le Mans 1964, Ford GT40 memang cepat, namun ia memiliki segudang masalah besar. Tenaga yang disalurkan ke penggerak roda belakang terlalu besar dan tak terkendali, sehingga ban kerap spinning dan tenaga mesin terbuang sia-sia.

Berikutnya, mobil ini dalam kecepatan tinggi tidak stabil, diduga penyebabnya adalah suspensi yang kurang pas atau sistem aerodinamika yang buruk.

Saat tim tengah melakukan pembenahaan di sirkuit, malang, GT40 mengalami kecelakaan dalam kecepatan 257 kpj, dua hari berturut-turut dengan 2 mobil yang berbeda. Untuk menambah penderitaan, pertandingan hanya berjarak 2 bulan lagi.

Hasilnya dapat ditebak, pada Le Mans 1964, seluruh GT40 yang diterjunkan Ford gagal finish karena mengalami kerusakan atau terbakar di lintasan. Dan Ferrari, yang merupakan langganan juara, meraih podium 1, 2, dan 3. Ford kembali dipermalukan. Namun Henry Ford tak menyerah, ia bersumpah kembali pada tahun berikutnya.

Ford kembali di lintasan balap Le Mans pada 1965 dengan menggandeng Caroll Shelby, seorang tuner dalam negeri yang memiliki peranan besar di dunia muscle cars Ford, untuk mengembangkan GT40.

Pada tahun itu Ford menerjunkan 6 kendaraan. Namun lagi-lagi Ford terpuruk. Seluruh mobil balapnya tidak ada yang berhasil mencapai garis finish. Ferrari menang lagi dan Enzo tersenyum puas.

Suasana menjelang balap di le Mans 24 Hour 1966 (Dokumentasi Ford Motor Company)
Suasana menjelang balap di le Mans 24 Hour 1966 (Dokumentasi Ford Motor Company)
Race time

Benci dipermalukan lagi, Ford tak kenal lelah mengembangkan GT40 dan menyempurnakannya. Sebelum bertarung di Le Mans 1966, GT40 Mark II (generasi kedua) ini diuji coba selama ribuan jam dan diikutsertakan dalam lomba di lintasan Daytona Raceway menempuh jarak 2.000 km.

Mesin dan transmisinya menjalani uji coba dengan menggunakan komputer untuk menyimulasikan balap Le Mans 24 Hour. Hal ini mungkin terdengar biasa saat ini, namun pada zamannya itu merupakan sesuatu hal yang mustahil dilakukan. Hal itu merupakan buah pikiran Direktur Kendaraan Khusus Ford, Leo Beebe.

Di lain pihak, Ferrari tidak berdiam diri. Mereka juga menelurkan mobil balap yang sepenuhnya baru bernama Ferrari 330 P3.

Kendaraan ini lebih ringan dan lincah dibanding GT40, meski harus mengorbankan kecepatan puncaknya. P3 hanya memiliki top speed 305 kpj, di mana GT40 terbaru memiliki kecepatan maksimal 337 kpj.

Tiba waktunya untuk bertanding, pada Le Mans 1966 Ford datang dengan seluruh kekuatannya. Mereka menerjunkan delapan GT40 bermesin V8 7.000cc yang mampu menyemburkan tenaga sebesar 485 horsepower, membawa 20 ton suku cadang, dan sekelompok pebalap top dunia. Di sudut lawan malah sebaliknya, Ferrari yang terlalu percaya diri hanya menurunkan tiga P3.

Saat kualifikasi, empat GT40 berada di posisi teratas. Henry Ford II yang menonton langsung di lintasan merasa cemas sekaligus optimis. Ia tak henti-hentinya berdoa.

Di awal perlombaan, Ford menguasai jalannya pertandingan. Tapi, beberapa jam kemudian keadaan berbalik. GT40 banyak mengalami masalah teknis yang kemudian menimbulkan trauma kekalahan 1964 dan 1965 pada anggota tim dan para pebalap.

Menjelang malam, Ferrari, berkat kecerdikannya menciptakan P3 yang lebih efisien dalam menggunakan bahan bakar, memimpin balapan di posisi 1 dan 2.

Sementara di pihak lawan, empat GT40 keluar dari pertandingan. Agar dapat finish dan tidak dirundung malu, tim Ford menginstruksikan para pebalap yang tersisa untuk tidak terlalu agresif, karena dapat berujung pada rusaknya kendaraan.

Tapi, ada satu pebalap yang tidak mengindahkan perintah langsung itu, ia adalah Kenneth Henry Miles. Pebalap asal Inggris berusia 47 tahun itu dengan gagah perkasa dan tekad baja memacu GT40 tunggangannya seperti kerasukan setan. Setelah beberapa putaran, ia menorehkan catatan waktu tercepat di lintasan dan kembali mempimpin perlombaan.

Hingga fajar menjelang, hal sebaliknya terjadi di pihak Ferrari. Seluruh P3 yang dikerahkan Enzo rusak atau hancur karena tabrakan. Posisi para pebalap Ford, Ken Miles, Dick Hutcherson, dan Bruce McLaren, hingga pukul 16.00 tak tergoyahkan dan sukses finish di posisi pertama, kedua, dan ketiga. Mereka telah mengitari sirkuit sebanyak 360 kali dengan jarak tempuh 4.843.09 km.

Ferrari hancur

Untuk pertamakalinya, Ford mewakili Amerika Serikat sukses menaklukkan Eropa dengan memenangi Le Mans serta berhasil menghancurkan dominasi Ferrari di 'halaman belakang rumahnya' sendiri.

Tidak hanya itu, Ford dan GT40-nya kemudian berturut-turut memenangi Le Mans 1967, 1968, dan 1969. Kemenangan yang mengubur Ferrari. 

Pada 2016, Ford meluncurkan GT40 terbaru yang digunakan bertarung di Le Mans pada tahun yang sama untuk memperingati 50 tahun kemenangan mereka. Dan yang luar biasa, mereka berhasil finish di posisi satu dan dua dengan kembali mengalahkan dan mempermalukan Ferrari. 

Semua langkah yang ditempuh Ford dipenuhi keringat, darah, dan air mata. Ken Miles tewas saat melakukan uji coba GT40, dua bulan setelah mereka memenangi Le Mans 1966.

Atas obsesinya mengalahkan Ferrari, menurut perhitungan para pengamat, Henry Ford II sedikitnya telah menggelontorkan dana sebesar 360 juta poundsterling (sekitar Rp6,6 triliun), dengan nilai mata uang saat ini. (Aldion Wirasenjaya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun