Mohon tunggu...
Aldi Nandoa
Aldi Nandoa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa sosiologi fisip Uns

Man Jadda wa jadda

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Seks Bebas dan Tinjauannya dengan Konstruksi Sosial

29 Desember 2021   13:52 Diperbarui: 29 Desember 2021   14:22 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Maraknya seks bebas atau hubungan seks pranikah pada kalangan merupakan sebagian dampak akibat krisis moral di era globalisasi.Krisi moral ini merupakan akibat lemahnya nilai dan norma pada remaja yang di barengi dengan meningkatnya globalisasi yang menghantarkan liberalisme cara bergaul.Kecenderungan remaja terhadap hal-hal pemenuhan hasrat yang tidak mempertimbangkan nilai dan norma mengakibatkan seorang individu mengarah terhadap penyimpangan,dan tidak terkecuali penyimpangan bergaul dengan lawan jenis.Menurut Sigmund Freud,yaitu seorang psikologi klasik,mengatakan bahwa" dorongan seksual manusia merupakan motivasi paling kuat untuk melakukan tindakan dalam kehidupannya".Teknologi dan informasi yang bebas diakses tak terkecuali terhadap hal pornografi merupakan pemicu seorang remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah terhadap pacarnya atau dengan mendatangi tempat-tempat lokalisasi.

Seks bebas di kalangan remaja dapat ditinjau dengan konsep teori konstruksi sosial sebagai dasar pemahaman terhadap fenomena ini.Dalam teori konstruksi sosial Berger dan Luckmann memiliki konsep dialektika,yang antara lain adalah eksternalisasi,objektivasi,dan internalisasi.

Eksternalisasi,pada tahap eksternalisasi individu melakukan penempatan diri atau pembentukan diri terhadap dunia luar yang ada,dengan kata lain ini adalah tahap seorang individu membentuk dunianya sendiri dalam interaksinya dengan dunia luar.Pada tahap ini seorang individu juga dapat menciptakan suatu budaya baru dalam dunia luarnya.Kaitanya dengan seks bebas,tahap eksternalisasi menempatkan seorang remaja dalam pembentukan dan penyesuaian dirinya terhadap fenomena yang ada(seks bebas) dengan proses sosial bersama lingkungan,seperti  Agama dan budaya,lingkungan masyarakat,dan lingkungan keluarga.Lingkungan yang paling mendasar adalah keluarga.Bagaimana proses eksternalisasi dalam lingkungan keluarga mengenai seks bebas akan menentukan pandangan awal seorang remaja terhadap seks bebas.Remaja yang yang berani melakukan seks bebas dapat dikatakan karena kurangnya komunikasi dalam sebuah keluarga.Lingkungan keluarga yang kondusif dan dapat memberikan sosialisasi yang baik terhadap seks bebas akan memberikan batasan batasan pada seorang individu untuk menaati batasan tersebut.

Selanjutnya dalam lingkungan masyarakat:proses interaksi individu dengan masyarakat sekitar akan membentuk pemikiran individu tersebut dalam memandang dunia luar.Remaja yang bergaul dengan orang yang memandang seks bebas merupakan hal yang wajar akan menjadikan hal ini sebagai alasan untuk melakukan hal tersebut demikian.Tetapi lingkungan yang memberikan batasan dengan memandang seks bebas merupakan hal yang tabu akan memberikan hambatan bagi seorang remaja untuk melakukan hal tersebut.

Agama dan budaya,remaja yang memperhatikan nilai agama dalam menempatkan dirinya pada dunia luar(seks bebas) akan lebih mempertimbangan untuk melakukan hal tersebut.hal ini karena mayoritas agama melarang seseorang untuk melakukan seks bebas dengan konsekuensi dosa jika tetap dilakukan.Budaya Pun juga demikian,budaya yang telah melalui proses institusionalisasi akan memberikan sanksi sosial terhadap individu yang melanggar nilai dari budaya tersebut.

Selanjutnya terdapat tahap objektivasi.Pada tahap objektivasi produk sosial manusia akan mengalami proses pelembagaan.Sebelum pada proses pelembagaan produk ini biasanya mengalami sebuah proses pembiasaan.Semua aktivitas dalam tahap eksternalisasi dapat mengalami proses pembiasaan yang kemudian beralih ke tahap kelembagaan.Jadi kaitanya dengan seks bebas,pada tahap ini terjadi bagaimana proses pembentukan nilai terhadap individu dan dunia luarnya mengenai seks bebas.Proses pertama adalah bagaimana dunia luar individu memaknai seks bebas,dan disusul dengan proses pembiasaan terhadap sebuah pemaknaan tadi Setelah itu baru terjadi institusionalisasi pada produk tersebut.Jika seks bebas dimaknai sebagai hal yang wajar saja,maka akan ada aktivitas sebagai pembiasaan dari pemaknaan tadi,dan selanjutnya seks bebas dapat dikatakan menjadi nilai yang dikatakan baik.Tetapi sebaliknya,jika seks bebas dimaknai sebagai tindakan yang melanggar norma dan memiliki konotasi negatif,maka akan ada aktivitas dari pembiasaan untuk tidak melakukan seks bebas,dan selanjutnya ini akan menjadi sebuah pelembagaan dalam dunia luar individu.Contoh habitulasi(pembiasaan) yang baik pada fenomena ini  dapat dilakukan dengan menjaga batasan dari pemaknaan yang ada,seperti tidak melakukan hubungan seks pra nikah,berhubungan dengan lawan jenis tanpa ada kontak fisik(pra nikah),dan lain sebagainya.

Selanjutnya adalah tahap internalisasi.Internalisasi adalah suatu pemahaman atau penafsiran individu secara langsung atas peristiwa objektif sebagai pengungkapan makna. Berger dan Luckmann (1990: 87) menyatakan, dalam internalisasi, individu mengidentifikasikan diri dengan berbagai lembaga sosial atau organisasi sosial di mana individu menjadi anggotanya.Kaitanya dengan seks bebas,dalam proses ini individu menempatkan dirinya sebagai bagian dari dunia luarnya dalam memaknai nilai dan norma dari seks bebas yang melekat dalam dunia luarnya tersebut.Dengan kata lain internalisasi dalam seks bebas adalah pemahaman secara bersama mengenai seks bebas sebagai kenyataan sosial.Proses untuk mencapai taraf ini adalah sosialisasi mengenai seks bebas dalam proses sosial individu.Setelah itu baru individu dapat dikatakan menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri dengan memiliki kesamaan pemahaman  nilai dan norma.Dalam hal ini masyarakat juga berfungsi sebagai monitoring seorang individu untuk tetap menjaga batasan dari pemahaman nilai norma yang ada(seks bebas).Dalam hal ini individu bisa saja menyiasati dengan melanggar norma yang ada(melakukan seks bebas) tetapi juga melakukan usaha untuk menutupinya dari masyarakat sekitar agar tetap menjadi bagian dari masyarakat tersebut.

Jadi meningkatnya seks bebas dikalangan remaja ditinjau dari konstruksi sosialnya tergantung pada tahap dialektika yang ada,jika tahap dialektika berjalan sesuai nilai yang dianggap baik akan menghasilkan konstruksi sosial yang baik juga.Jika meningkatnya seksbebas menjadi masalah bagi dunia luar manusia maka perlu diperbaikinya tahap dialektika dalam proses konstruksi sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun