Patut kita renungkan, bagaimana Kartini yang dipingit dan dikurung di rumahnya mampu berjuang dengan menulis surat dan mengirimkan ke para sahabatnya. The Power of Writing yang dimanfaatkan Kartini telah mencapai keberhasilan.
Perempuan Indonesia bisa menikmati kebebasan dan kesempatan seperti sekarang ini tidak bisa dipisahkan dari perjuangan Kartini dengan Power of Writingnya.
Demonstrasi mahasiswa yang heboh, bergemuruh dan ricuh dengan biaya besar, apakah yang diperoleh? Apakah boleh belajar dari Kartini untuk berjuang dalam diam, menggunakan The Power of Writing? Itu tergantung para mahasiswa demonstran tersebut.
Terlepas dari semua itu, kita patut merefleksikan perjuangan Kartini dengan menggunakan The Power of Writing. Ini bisa dijadikan menjadi inspirasi bagi para penulis. Mungkin dengan menulis bis akita perjuangkan apapun yang ingin kita perjuangkan. Selamat menulis.