Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sang Presiden Baru AS

22 Januari 2021   06:00 Diperbarui: 22 Januari 2021   06:33 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

   "Sikap yang kalah dan tidak mau menerima kekalahan, lalu mengancam akan melakukan kerusuhan. Dan menggugat ke Mahkamah Konstitusi," jelas Sang Cucu.

   "Indonesia dengan AS itu berbedalah, jangan dibandingkan," sela Sang Kakek.

   "Mencekamnya sama. Ada aksi. Di Indonesia juga begitu. Mana tahu presiden yang kalah juga dengan demikian berharap direkrut menjadi menteri," kata Sang Cucu.

   "Itu mustahil terjadi, masa calon presiden yang kalah masuk kabinet dan menjadi menteri lawan tandingnya di Pilpres?" kata Sang Kakek.

   "Dalam politik tidak ada yang tidak mungkin kek. Katanya dalam dunia politik tidak ada kawan yang abadi, yang ada adalah kepentingan yang abadi. Kawan bisa menjadi lawan kalau kepentingan berbeda. Lawan bisa menjadi kawan, jika kepentingan sama," kata Sang Cucu seakan memberikan kuliah politik kepada Sang Kakek.

   "Itu betul, tapi sulitlah itu," kata Sang Kakek.

   "Tidak sulit itu kek. Makanya kubilang tadi, mungkin dia belajar dari Indonesia membuat kerusuhan dan pendemo bayaran. Di Indonesia kan terjadi Kandidat Presiden masuk menjadi menteri. Dan bahkan terakhir, mantan cawapres juga masuk ke kabinet. Jadi empat orang kandidat yang bersaing di Pilpres, kini berada dalam kabinet. Dulu beda visi dan misi, sekarang kerja sama. Aneh tapi nyata. Mustahil tetapi terjadi," kata Sang Cucu.

   "Oh, itu yang mau kau bilang ya. Nggak usah mutar-mutar dari AS dulu. Langsung saja ke pokok masalah," kata Sang Kakek seperti kesal.

   "Kakek yang bilang itu musatahil dan berbagai argumentasi, ini kan hanya menjelaskan fakta yang terjadi di negeri ini," kata Sang Cucu.

   "Tapi perbedaan mereka cukup tajam dan dari dua kubu yang berseteru antara partai republik dan demokrat," kata Sang Kakek.

   "Yang disini kurang tajam apa pada waktu pilpres, toh bisa menjadi satu kok," kata Sang Cucu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun