"Tidak boleh sembarang mengeluarkan kata-kata ya kek?" kata Sang Cucu.
  "Betul. Mulutmu adalah harimaumu. Jaga mulut dan pembicaraan. Dan pikirkan dulu baru katakan. Jangan katakan dulu, baru kau pikirkan apa yang kau katakan. Kalau kata-kata sudah salah, tidak bisa lagi dicabut kata-kata itu," kata Sang Kakek.
  "Jadi menyampaikan kritik itu perlu empati, berpikir terbalik, seandainya kita di posisi yang kita kritik. Mengkritik presiden, bayangkan seandainya kita adalah presiden, seperti pertanyaan ustadz itu ya kek?" kata Sang Cucu.
  "Betul, pertanyaanmu itulah menjadi simpul dari pertanyaan dan jawaban ngawur dari pengkritik itu," kata Sang Kakek.
Pertanyaan seandainya menjadi presiden, jawabnya memberikan pempek. Sarannya masuk WA grup emak-emak, ngawur ah. Untunglah dia hanya pengkritik presiden. Seandainya dia presiden, ngawur bangsa ini, penuh pempek, isu dan gossip emak-emak, gumam Sang Kakek.
Terima kasih dan salam.
Aldentua Siringoringo.