Mohon tunggu...
Aldentua S Ringo
Aldentua S Ringo Mohon Tunggu... Pengacara - Pembelajar Kehidupan

Penggiat baca tulis dan sosial. Penulis buku Pencerahan Tanpa Kegerahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sang Nenek Penolak BLT Dana Desa

8 Juni 2020   07:24 Diperbarui: 8 Juni 2020   07:32 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

   "Ini perlu ditiru. Bagaimana seorang nenek yang memang hidupnya prihatin, tapi menolak BLT DD. Ada mantan anggota DPRD dan keluarga kepala desa yang seharusnya tidak menerima BLT, dibuat menjadi penerima. Bahkan ada nenek dan bahkan masih orang yang lebih muda di perempatan lampu merah menjadi peminta-minta. Mereka  dikerahkan dan diarahkan dengan memakai pakaian butut, padahal masih sehat dan kuat," kata Sang Cucu.

   "Setiap orang berbeda-beda melihat dirinya. Dan mereka yang di perempatan itu kan tidak malu meminta-minta," kata Sang Kakek.

   "Kesadaran nenek ini yang luar biasa. Alasannya itu lengkap. Dia masih sehat, masih kuat kerja dan banyak yang lebih layak mendapat bantuan itu. Ini mengoreksi pemerintah juga, supaya memberikan BLT DD lebih tepat sasaran," kata Sang Cucu.

   "Apakah tidak ada sebelumnya proses pencalonan nenek untuk menerima BLT DD?" tanya Sang Kakek.

   "Ada. Nenek ini berjualan makanan ringan di sekolah. Karena sekolah libur, maka nenek ini kehilangan pelanggan dan tidak bisa berjualan. Jadi pemerintah desa lewat musyawarah menetapkan nenek ini sebagai penerima BLT DD. Tidak salah. Tapi menurut nenek ini masih ada yang lebih layak menerima bantuan itu. Makanya dia menolak dengan menandatangani pernyataan diatas meterai enam ribu. Supaya aparat desa tidak disalahkan dengan penolakannya," kata Sang Cucu.

   "Juga supaya jangan disalahgunakan, dikatakan penerima sekian, padahal sebagian menolak, begitu ya?" tanya Sang Kakek lagi.

   "Bisa juga. Yang menarik lagi. Salah satu yang salut dengan nenek ini adalah Ketua Bawaslu Sulawesi Utara. Dia menyatakan salut ke nenek ini. Dikaitkan dengan gerakan anti politik uang dalam Pilkada, sikap nenek ini dapat dijadikan role model. Uang dan bansos tidak diterima yang diidentikkan dengan politik uang yang merupakan perusak demokrasi. Itu alasan Ketua Bawaslunya salut kepada nenek," kata Sang Cucu.

   "Ya betul. Uang dan bansos ini banyak dikaitkan dengan politik Pilkada. Apalagi para petahana yang ingin maju lagi. Ada yang membuat stiker foto dan nama sang bupati dalam paket bantuan, padahal ini bantuan pemerintah, bukan pribadinya. Dan berbagai macam teknik penyalahgunaan pemberian bantuan sosial ini," kata Sang Kakek.

   "Jadi setuju kita sikap nenek ini menjadi contoh yang baik. Ini sangat mencerahkan dan menginspirasi bagi para penerima bansos dan pemerintah yang memberikan. Yang masih sehat dan kuat, bekerjalah semaksimal mungkin. Tidak usah menerima BLT DD. Kecuali kalau memang tidak mampu. Bagi pemerintah sebagai pemberi, supaya mencari yang paling layak menerima bantuan itu," kata Sang Cucu.

   "Semoga contoh yang diberikan nenek ini bisa ditiru. Terima kasih ceritanya yang menginspirasi pagi ini," kata Sang Kakek.

   "Terima kasih juga sudah mendengar dengan baik," balas Sang Cucu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun