Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pak Menteri Sudirman Said, Seriuskah anda?

5 Mei 2015   00:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:22 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Penulis beberapa hari lalu menonton sebuah acara yang sangat menakjubkan di televisi. Acara itu merunut sejarah panjang manusia di masa lalu dan apa yang akan terjadi dimasa depan.  Salah satunya berkaitan dengan energi. Jumlah manusia di tahun 2050 nanti diperkirakan mencapai 9 milyar jiwa. Pertumbuhan jumlah manusia ini meningkat pesat sejak tahun 1950-an.

Pertumbuhan itu ternyata tidak diimbangi dengan pengembangan di bidang energi terbarukan. Padahal sumber energi tak terbarukan seperti minyak bumi, batu bara, dan sebagainya akan segera habis. Sumber energi tak terbarukan yang tersisa itu tidak akan sanggup memenuhi permintaan energi oleh manusia sebanyak 9 milyar lebih tersebut. Jika hal tersebut terjadi maka masa depan manusia terancam.

Indonesia yang merupakan lima besar berpenduduk terbesar di dunia termasuk negara yang sangat lamban dalam pengembangan energi terbarukan ini. Jika negara-negara luar sudah melangkah jauh mengembangkan energi terbarukan seperti panel surya, pembangkit listrik tenaga angin, dan lain-lain Indonesia baru mau memulai. Parahnya, baru memulai itupun baru sebatas membeli teknologi orang lain, belum menciptakan sendiri.

Seperti diberitakan untuk Pembangkit listrik tenaga angin misalnya Presiden Joko widodo baru saja meresmikan proyek kementrian ESDM yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTB) 50 MW Samas Yogyakarta  yang sempat tertunda lama. Rencananya akan ada 30 turbin angin di pembangkit listrik ini, setiap turbin menghasilkan listrik hingga 2 MW. Proyek ini ditargetkan selesai pada 2018 dan menelan biaya sekitar Rp 2 triliun. Proyek ini dikembangkan melalui joint venture UPC Renewables, perusahaan asal Amerika Serikat dan  konsorsium PT Binatek Energi Terbarukan dan rencananya lagi pembangkit listrik sejenis akan dibangun dibeberapa daerah oleh perusahaan Amerika Serikat tersebut.

Sebenarnya langkah kementrian ESDM ini sudah langkah maju dengan memanfaatkan energi terbarukan yaitu angin. Tapi sayangnya kita baru sebatas pengguna atau konsumen, belum sebagai pencipta. Padahal anak-anak bangsa kita punya kemampuan untuk itu, hanya saja tidak terperhatikan oleh pemerintah, atau memang sengaja dicuekin, karena tidak ada nilai ekonomisnya untuk penjabat pengambil keputusan.

Beberapa waktu lalu penulis sempat terharu dengan tulisan Ricky Elson seorang aktivis energi terbarukan. Sedikit mengenai Ricky ini dulunya dibujuk pulang dari Jepang oleh Dahlan Iskan untuk mengembangkan proyek mobil listrik . Proyek mobil listrik sebenarnya sudah ada hasilnya tapi tidak ada kelanjutannya hingga kini dari pemerintah. Kini, sepeninggal Dahlan Iskan Anak Minang ini walau berkali-kali diminta Jepang untuk kembali, dia lebih memilih  membuka pelatihan untuk anak-anak negeri yang tertarik mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin  di desa terpencil ciheras, Tasikmalaya.

kembali kepada tulisan Ricky Elson distatusnya pada tanggal 11 April 2015 yang penulis kutip sebagai berikut:

Seminggu belakangan
saya diberi kesempatan untuk
mengunjungi berbagai tempat
bertemu banyak orang
bercerita, berbagi mimpi
bertukar pendapat

saya yakin,
ditengah arus ketidak percayaan
terhadap pemerintah dikarenakan berbagai situasi saat ini,
ada suatu keniscayaan,
bahwa kita sama sama mengharapkan esok yg lebih baik.
Namun hanya berbeda landasan Nurani dan Cara mengungkapkan
keinginan untuk lebih baik ini,
menyebabkan kita terjatuh pada kondisi ini.

Khususnya, utk bidang yg sedang kami geluti.
belajar menguasai Teknologi,
mengimplementasikan, mengembangkan inovasi baru,
pemanfaatan energi alternatif,
sebagai satu solusi permasalahan elektrifikasi di daerah terpencil dan pulau terluar negri menunjukkan titik terang.

Satu titik perubahan yg paling signifikan adalah, sesuatu yg saya anggap merupakan Paradigm Shift.
Kemaren, saya diberi kesempatan untuk duduk bersama Team EBTKE kementrian ESDM dan para pakar/praktisi teknologi EBTKE negri ini, dalam sebuah diskusi dengan Bapak Sudirman Said.
Memang selama ini, saya menahan diri untuk menilai beliau terlalu dini terhadap kebijakan di bidang Energi negri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun