Mohon tunggu...
Mustafa Kamal
Mustafa Kamal Mohon Tunggu... Guru - Seorang akademisi di bidang kimia dan pertanian, penyuka dunia sastra dan seni serta pemerhati masalah sosial

Abdinegara/Apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

UKG 2015: Hati-hati dengan Grade "Tidak Layak Guru"

4 Oktober 2015   23:34 Diperbarui: 5 Oktober 2015   12:09 7206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka ini jujur kepada siswanya kalau memang belum menguasai, guru-guru seperti itu akan katakan sejujurnya kepada anak-anak didik mereka dan mengajak bersama-sama mencari pemecahan persoalan dari materi yang sulit/susah dimengerti tersebut untuk dibahas kembali pada pertemuan selanjutnya. Untuk guru yang seperti ini saya salut. Mereka tidak malu bertanya kepada kawan seprofesi, mereka mengakui kelemahan mereka dan mereka mau terus belajar walau kadang sulit setengahnya mati.

Penulis pernah berinteraksi dengan guru seperti ini, beliau ini senior dan pamong penulis sewaktu praktek mengajar waktu kuliah dahulu. Beliau ini bercerita kalau beliau ini bila dihadapkan pada soal-soal tes sering lupa, bingung sendiri. Jika tidak dibantu dengan buku pegangan beliau jujur mengaku kesulitan menjawab soal-soal yang ada. Terutama untuk materi-materi sulit. Tapi, anehnya para siswa senang belajar dengan beliau dan hasil ujian nasionalnya pun memuaskan. Pernah beliau bercerita, "Saya kalo mengerjakan soal Ujian Nasional atau soal olimpiade ini sering pusing sendiri... kadang hasilnya kalah jauh dengan capaian hasil anak-anak yang saya bimbing! hehe.. tapi saya anggap saja...i tu tandanya saya berhasil mendidik mereka menjadi lebih pintar dari saya... hehee!" seloroh beliau.

Satu lagi ada yang lucu ketika sibuk-sibuk sertifikasi penulis waktu itu masih honor di sekolah beliau, penulislah yang menyusun portofolio beliau dan lulus. Setelah itu untuk sertifikasi harus melewati Ujian Komptensi Awal (UKA) dulu. Nah beliau ini bilang, "Untung zaman aku tak ada UKA, bisa tak lulus aku," candanya sambil tertawa.

Walau begitu, penulis akui penulis kadang terinspirasi dengan gaya beliau itu. Kalau mengajar persiapan beliau ini luar biasa, mulai dari media pembelajaran yang kadang beliau modif atau buat sendiri, soal-soal yang akan diberikan ke siswa sudah terlebih dahulu beliau buat pembahasannya, kata beliau ini memudahkan saya kalau menjelaskannya kembali nanti, dan lain sebagainya. Bahkan beliau ini tidak malu bertanya kalau ada materi yang beliau sulit pahami dan akan beliau catat rapi-rapi penjelasan tentang materi itu. Jarang guru yang seperti itu.

Bahkan yang ada guru, kalau sampai ke materi sulit kadang dilompati atau ditinggal begitu saja tidak diajarkan ke anak murid atau kadang dijadikan tugas semata dan dilanjutkan ke materi berikutnya, entah karena malu bertanya atau malas mencari tahu. Mengajar asal memenuhi kewajiban dan sebagainya. Nah, anggaplah kemampuan mereka sama, tapi jelas guru yang seperti ini tidak bisa disamakan dengan guru yang saya ceritakan di atas. 

Nah, Karenanya menurut penulis, penilaian seorang guru tidak bisa hanya dari hasil tes ujian semata! Penilaian subjektif pun harus dipertimbangkan, bisa saja ada guru nilainya rendah tapi caranya mengajar di kelas, pengelolaan kelasnya, pendekatannya ke anak didik, dan lain sebagainya luar biasa! Lalu ada guru yang pintar, hasil tesnya bagus tetapi cara mengajarnya tidak bagus, tidak disiplin, tidak mendidik dan lain sebagainya.

Jangan sampai kita men-judge sesorang "Tidak Layak jadi Guru" tapi ternyata dialah guru yang sebenar guru!

Salam...

 

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun