Kami memulai perjalanan ini dari dua titik awal yang berbeda, namun tidak ada yang mustahil untuk bertemu pada satu tujuan yang sama: persatuan. Berasal dari latar belakang dan agama yang berbeda, kami sepakat untuk tidak membenci persatuan.Â
Perjumpaan ini membuka semua pagar yang membatasi antara kami, para kanisian, dengan para santri Al-Falah. Di pertemuan pertama, timbul antusiasme untuk saling mengenal, terlebih karena ini adalah kali pertama bagi kedua pihak. Bahkan sempat kami bermain bola tanpa alas kaki di ladang hingga langit berubah gelap dan adzan Maghrib mulai berkumandang.
Tanpa memerlukan waktu lama, kami larut dalam dinamika satu sama lain. Pembicaraan singkat berkembang menjadi dialog yang mendalam hingga waktu berlalu begitu cepat dan kami merasa seolah sudah berteman cukup lama. Dalam waktu singkat, kami telah saling mengenal dan menghabiskan waktu untuk berbincang-bincang.Â
Kami merasakan kenyamanan luar biasa saat tinggal bersama para santri, yang menerima dan menyambut kami dengan tangan terbuka lebar. Pak Haji dan Pak Ustadz selalu menunjukkan sosok pemuka agama yang kami hormati karena kebijaksanaan mereka. Mereka mengajarkan kami tentang agama Islam dan ajaran-ajarannya dengan cara yang sangat terbuka, tanpa menyinggung perasaan kami. Hal serupa juga terjadi pada para santri yang senantiasa ingin tahu lebih banyak tentang agama kami.
Menjadi seorang santri memberikan wawasan baru bagi kami semua. Dari kehidupan para santri hingga pengetahuan lebih dalam tentang agama Islam, pengalaman ini sangat menarik, terutama bagi saya yang berasal dari keluarga dengan latar belakang yang cukup beragam. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya pengetahuan kami, tetapi juga memperkuat rasa persatuan di antara kami, menjadikan perjalanan ini sebagai momen berharga dalam hidup masing-masing dari kami.
Di penghujung perjalanan, saya dan teman-teman Kanisian melakukan refleksi bersama tentang apa yang telah kami alami. Diskusi ini menjadi kesempatan untuk mengevaluasi segala dinamika yang telah kami jalani selama 2 malam 2 hari itu. .Â
Kami menyadari bahwa perbedaan bukanlah penghalang, melainkan kekuatan yang dapat memperkaya hubungan antar sesama. Sekalipun kami memiliki latar belakang dan kehidupan yang dikata cukup berbeda, apa yang telah kami alami menghapus segala 'perbedaan' diantara kami. Kami hidup bersama dan menjalankan semua aktivitas bersama-sama tanpa memandang perbedaan itu sebagai sebuah halangan. Rasa syukur kami tidak bisa diungkap melalui kata-kata yang menunjukan betapa bahagianya kami selama di Pondok Pesantren Al-Falah.Â
Pada perjumpaan pertama kami dengan Pak Haji, beliau memberikan sambutan yang mengesankan dengan sebuah peringatan yang cukup mengejutkan yaitu agar kami tidak berharap untuk merasakan kebahagiaan selama berada di Al-Falah. Pernyataan tersebut terasa berat, kami menyadari bahwa hal itu mengandung makna yang dalam tentang tantangan dan pembelajaran yang akan kami hadapi. Namun, di hari terakhir kami di sana, harapan untuk merasakan kebahagiaan itu justru semakin kuat, karena kami telah mengalami begitu banyak momen berharga yang membuat kami merasa terikat dengan tempat ini.
"Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya; itu adalah awal dari perjalanan baru yang penuh harapan dan kemungkinan." - Unknown
Akhir Perjalanan dan Harapan Besar
Selama waktu yang singkat itu, Al-Falah telah menjadi lebih dari sekadar tempat tinggal; ia telah bertransformasi menjadi rumah kedua bagi kami. Setiap pengalaman yang kami lalui---mulai dari interaksi dengan para santri hingga kegiatan bersama---telah menciptakan kenangan yang tak terlupakan. Rasanya sangat sulit bagi kami untuk meninggalkan tempat ini, mengingat semua hal indah yang telah terjadi dan bagaimana setiap momen telah membentuk ikatan emosional di antara kami. Kami merasa seolah-olah telah menjadi bagian dari komunitas yang lebih besar, di mana setiap individu memiliki peran penting dalam menciptakan suasana hangat dan penuh kasih.