Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Menulis dan membaca sejarah, penikmat kopi, pecinta budaya juga sastra. Kini menjadi suami siaga untuk nyonya tercinta sebagai pekerjaan tetap.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjaga Kewarasan Hati

18 Oktober 2025   22:21 Diperbarui: 18 Oktober 2025   23:23 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash.com by. Dan Meyers

Ada masa ketika dunia begitu riuh, tapi hati terasa sunyi. Lalu, di tengah gegap gempita itu, kita bertanya pelan pada diri sendiri:

"Masih waraskah hati ini?"

Pertanyaan sederhana, tapi  menampar. Sejatinya, kewarasan bukan hanya milik pikiran, melainkan milik nurani, mereka yang mengedepankan empati kemanusiaannya.

Sang Raja Jasad

Untuk Tuhannya. Hati yang masih bisa damai saat sujud, bukan khusyuk saat notifikasi media sosial berbunyi.

Baginda Nabi SAW pernah berujar:

“Dalam diri manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah, itu adalah hati.”

Betapa agungnya sabda itu. Seolah beliau ingin mengingatkan: segala urusan manusia bermuara pada satu titik — kewarasan hati. Ini bukan penjelasan agungnya hadis (mensarahnya) Baginda Nabi SAW melainkan hanya refleksi diri penulis pribadi. 

Hari ini, kita hidup di zaman yang terburu-buru, di mana waktu mengejar kita tanpa ampun. Tubuh bekerja bagai kuda, pikiran sibuk melompat dari satu beban ke beban lain, sementara hati tertinggal jauh di belakang.

Kita bisa membeli banyak hal: rumah, kendaraan, bahkan pengakuan sosial. Tapi satu hal yang sering gagal kita dapatkan: damai dan ketenangan jiwa.

Kaca Mata Batin

Menjaga kewarasan hati bukan berarti menjauh dari dunia, tapi menata cara kita memandang dunia. Ia seperti kaca bening ,  bila terlalu banyak debu ambisi dan nafsu menempel, pantulannya menjadi buram.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun