Di titik itu, saya tersadar: mungkin selama ini banyak orang salah paham. Menjadi santri bukan berarti hanya belajar agama. Santri bisa jadi inovator, pebisnis, bahkan pemimpin perubahan. Bedanya, orientasinya bukan semata-mata materi kosong makna.
Mentoring yang Menggerakkan
Kalau boleh jujur, sesi mentoring seperti ini bukan cuma menambah pengetahuan, tapi juga menambah kesadaran. Kami diajak untuk merenungi ulang arah langkah masing-masing: apakah selama ini kerja kita hanya mengejar angka, atau juga menanam kebaikan?
Bisantren memainkan peran penting sebagai ruang aman bagi para santri untuk belajar, gagal, dan bangkit lagi tanpa kehilangan nilai spiritual. Di sini, bisnis tidak lagi tampak menakutkan atau "duniawi", tapi justru menjadikannya bagian dari ibadah.
Saya rasa ini yang disebut ekosistem pembinaan berbasis nilai. Kita tidak sekadar diajari cara membuat produk, tapi juga diajak memahami untuk siapa dan untuk apa produk itu dibuat.
Refleksi Santri
Mentoring ini memberi saya satu kata kunci yang menempel kuat: reflektif. Bahwa setiap keputusan bisnis, setiap langkah usaha, seharusnya dilandasi refleksi spiritual---apakah ini membawa manfaat? Apakah ini mendekatkan atau menjauhkan saya dari nilai-nilai kebaikan?
Kita sering terjebak dalam dikotomi palsu: antara dunia dan akhirat, antara bisnis dan ibadah, antara cuan dan pahala. Padahal, semua itu bisa berjalan seiring. Asal niatnya lurus, caranya benar, dan tujuannya jelas.
Bisantren dan Coach Andi telah membuktikan bahwa santri bisa bicara tentang inovasi tanpa meninggalkan akar nilai. Bahwa bisnis bisa jadi bagian dari zikir panjang---bukan dengan tasbih di tangan, tapi dengan niat baik di setiap langkah usaha.
Menang di Dua Alam
Menang di dua alam bukan berarti mencari dua keuntungan, tapi menyeimbangkan dua tanggung jawab: dunia yang harus kita kelola dan akhirat yang harus kita persiapkan.
Kalau boleh jujur, dari semua hal yang saya dapat malam itu, satu pelajaran paling berharga adalah ini: "Jangan hanya jadi pebisnis yang sukses, tapi jadilah pebisnis yang berkah."
Apakah kita siap menjadi santri yang menang di dua alam? Karena pada akhirnya, cuan yang sejati bukan hanya angka di rekening---tapi keberkahan yang menenangkan hati.
Salam.Â