Viralnya tepuk sakinah mungkin tak akan langsung menurunkan angka perceraian. Tapi di alam bawah sadar, ia bekerja pelan-pelan. Ia menanamkan kembali kalimat "sakinah, mawaddah, warahmah" ke benak masyarakat yang mulai lelah mendengar kisah perceraian.
Serunya lagi, beredar di media sosial ada versi lagu rock yang mengguncang, hehehe. Artinya pesan itu menular.
Menikmati, Tapi Tak Melupakan
Saya menikmati fenomena ini bukan karena viral dan lucunya, melainkan karena maknanya. Di tengah maraknya kabar perceraian, perdebatan gender, dan krisis keintiman, tepuk sakinah datang sebagai pengingat: bahwa pernikahan layak dipertahankan semaksimal mungkin.
Sakinah tidak lahir dari tepukan tangan, tapi dari tangan-tangan dan hati masing-masing untuk menjadi rumah paling nyaman dan aman sebagai pasangan. Mawaddah bukan sekadar kata dan ucapan doa, tapi kerja keras menjaga cinta di antara rutinitas. Dan warahmah, kasih sayang itu, bukan hadiah, tapi hasil dari kesediaan untuk terus mempersembahkan doa dan usaha terbaik.
Jadi, biarlah tepuk sakinah ini viral sejauh-jauhnya. Siapa tahu, dari lelucon yang kita tonton sambil tersenyum itu, lahir kesadaran baru: bahwa pernikahan itu bertahta di atas rasa hormat bukan ego yang berakhir perceraian.
Salam.
Albar Rahman
Sosial Storyteller,
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI