Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Menulis dan membaca sejarah, penikmat kopi, pecinta budaya juga sastra. Kini menjadi suami siaga untuk nyonya tercinta sebagai pekerjaan tetap.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Viralnya Tepuk Sakinah dan Harapan Ketahanan Pernikahan

13 Oktober 2025   11:34 Diperbarui: 13 Oktober 2025   11:34 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sisipagi.com by. sosial storyteller

Viralnya tepuk sakinah mungkin tak akan langsung menurunkan angka perceraian. Tapi di alam bawah sadar, ia bekerja pelan-pelan. Ia menanamkan kembali kalimat "sakinah, mawaddah, warahmah" ke benak masyarakat yang mulai lelah mendengar kisah perceraian.

Serunya lagi, beredar di media sosial ada versi lagu rock yang mengguncang, hehehe. Artinya pesan itu menular. 

Menikmati, Tapi Tak Melupakan

Saya menikmati fenomena ini bukan karena viral dan lucunya, melainkan karena maknanya. Di tengah maraknya kabar perceraian, perdebatan gender, dan krisis keintiman, tepuk sakinah datang sebagai pengingat: bahwa pernikahan layak dipertahankan semaksimal mungkin.

Sakinah tidak lahir dari tepukan tangan, tapi dari tangan-tangan dan hati masing-masing untuk menjadi rumah paling nyaman dan aman sebagai pasangan. Mawaddah bukan sekadar kata dan ucapan doa, tapi kerja keras menjaga cinta di antara rutinitas. Dan warahmah, kasih sayang itu, bukan hadiah, tapi hasil dari kesediaan untuk terus mempersembahkan doa dan usaha terbaik.

Jadi, biarlah tepuk sakinah ini viral sejauh-jauhnya. Siapa tahu, dari lelucon yang kita tonton sambil tersenyum itu, lahir kesadaran baru: bahwa pernikahan itu bertahta di atas rasa hormat bukan ego yang berakhir perceraian. 

Salam.

Albar Rahman
 Sosial Storyteller, 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun