Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Editor, Writer and Founder of Books For Santri (Khujjatul Islam Boarding School)

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pesan Sang Rektor (1)

13 Februari 2024   07:29 Diperbarui: 13 Februari 2024   07:39 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu, pada tanggal 28 Januari 2024, Kampus Universitas Islam Indonesia mengadakan acara wisuda yang menjadi momen bersejarah bagi para wisudawan. Gedung Prof. Kahar Muzakir, yang telah lama menjadi saksi bisu berbagai peristiwa, sekali lagi menjadi tempat yang sarat makna untuk perhelatan akademis ini.

Saya hadir dengan penuh antusias, siap mendengarkan pesan-pesan bijak dari Pak Rektor, Prof. Fatul Wahid, yang selalu memberikan petuah inspiratif melalui berbagai medium, baik itu rubrik pojok rektor maupun dalam acara resmi kampus. Kehadiran beliau selalu dinantikan, khususnya dalam momen bersejarah seperti wisuda ini.

Baca juga: Bertahan (1)

Mengawali sambutannya, Prof. Fatul Wahid membagikan sebuah cerita menginspirasi yang diambil dari media sosial. Dua gambar yang mirip, namun pesannya berbeda. Cerita tentang seorang ibu yang menasihati anaknya saat melihat seorang pemulung. Pesan ibu pada gambar pertama mengajak anaknya untuk belajar sungguh-sungguh agar tidak berakhir seperti pemulung. Sedangkan pada gambar kedua, pesan ibu lebih mengarah kepada pentingnya belajar untuk bisa membantu orang seperti pemulung.

Dua pesan tersebut memiliki kebaikan masing-masing, namun yang membedakannya terletak pada pesan kedua yang menekankan bahwa menjadi penolong adalah solusi masalah yang diidamkan sejak dalam nurani. Pendekatan ini memberikan dimensi lebih pada makna keberhasilan, tidak hanya dari segi pencapaian pribadi, tetapi juga dalam memberdayakan dan membantu sesama.

Pak Rektor dengan bijak memahami dan mengungkapkan realitas ketimpangan sosial yang ada. Menggali lebih dalam tentang kemiskinan dan tingkat kesulitan hidup, beliau menyampaikan data yang mencengangkan. Hampir 10% dari populasi Indonesia, setara dengan 26 juta penduduk, masih berada di bawah garis kemiskinan. Bahkan, di Papua, angka kemiskinan mencapai 26,03%.

Pak Rektor menyoroti faktor-faktor yang menyebabkan ketimpangan, salah satunya adalah terbatasnya akses pendidikan yang belum merata. Beliau memahami bahwa ketimpangan sosial dan pendidikan memiliki keterkaitan erat. Pendidikan yang tidak merata dapat menjadi pemicu kemiskinan, sehingga upaya penyebaran pendidikan yang lebih luas dan merata menjadi sangat penting.

Baca juga: Bertahan (2)

Saya sepakat dengan pandangan ini, bahwa pendidikan memiliki peran krusial dalam mengatasi ketimpangan. Manusia yang terdidik akan memiliki banyak cara untuk mencapai kehidupan yang layak. Keberhasilan pendidikan tidak hanya terkandung dalam gelar sarjana, melainkan dalam kesadaran dan pemahaman sepanjang hidup.

Mengulas data menarik dari tahun 2023, Pak Rektor menyampaikan bahwa hanya 31,19% pemuda usia kuliah berkesempatan melanjutkan pendidikan tinggi, sementara sekitar 68,81% atau sekitar 17 juta pemuda di Indonesia tidak mendapatkan kesempatan tersebut. Ini merupakan tantangan besar yang menghadang generasi muda dalam menggapai pendidikan tinggi.

Pak Rektor juga menyoroti temuan penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berkorelasi rendah dengan tingkat empati para sarjana. Data dari McKinsey pada tahun 2021 menemukan bahwa di berbagai negara, tingkat empati cenderung rendah pada mereka yang memiliki tingkat pendidikan tinggi.

Temuan ini menciptakan dilema tersendiri, di mana pendidikan tinggi, meskipun memberikan pengetahuan, belum tentu dapat membentuk karakter empatik pada individu. Reaksi spontan dari Pak Rektor menunjukkan kekecewaan atas temuan ini, dan dengan tegas menyampaikan bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya mencetak sarjana cerdas, tetapi juga membentuk pribadi yang peduli terhadap sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun