Pertanyaan wajar karena ternyata di rumah dia terus saja dipilihkan buku sesuai jadwal sekolah esok harinya.
Dan saya jawab bahwa saya tidak pernah membantunya memilih buku. Bukan. Bukan karena saya malas membantunya. Bukan karena tidak suka padanya. Bukan karena capek ngurusi dia. Justru saya selalu merasa ini ladang yang banyak pahalanya. Tapi ini karena dia sudah bisa sendiri. Mendengar jawaban itu, ada rasa seolah tidak percaya, dari ibunya.
"Ya Allah... alhamdulillah.. padahal kalau di rumah selalu dijadwalkan. Ternyata dia bisa. Mungkin karena kami terlalu memanjakannya ya..."
Dia hari ini tidak perlu khawatir tidak mau minum air putih. Jika dulu sedikit muntah, kali ini dia sudah terbiasa. Ambil sendiri, saat merasa dirinya butuh.
Kebahagiaan itu kembali datang.
Yakin. Bisa. Itu yang selalu saya sematkan di kepala. Dan hati. Tanpa keyakinan akan perubahan pada dirinya, mungkin saya akan resah. Tanpa keyakinan itu saya pasti sudah menyerah membimbingnya. Menyerahkan pada orang lain.
Dan...jauh di atas semua itu adalah kemauan anak itu untuk berubah.
Kini tahap baru telah mulai. Semoga istiqomah dan selamat terus berbenah. Saya bangga padamu, nak.
Andi Ar