Mohon tunggu...
ALBAHRI
ALBAHRI Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Sebaik-baik orang yang bermanfaat kepada sesamanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berkah Penjual Jalangkote

18 Mei 2020   19:18 Diperbarui: 18 Mei 2020   19:22 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seorang anak korban penghinaan oleh pengambil video (terdengar suara perempuan) dan sekumpulan anak muda, dan seorang laki-laki penganiaya anak di bawah umur, yang bernama Risal yang tinggal di Talaka, yang sehari-harinya menjajakan Jalangkote nya sekitaran Talaka dan Bonto-Bonto tetangga kelurahan yang berada di Kec. Ma'rang, Kab. Pangkep.

Mengapa orang biasa timbul keinginan untuk menghina orang lain? Biasanya karena merasa lebih dari yang dihina, misalnya lebih cantik, lebih bening, lebih cakep, lebih kaya, kepada orang yang agak jelek, agak hitam, tidak tampan, lebih miskin, dan sebagainya. Mengapa merasa lebih, karena tidak menyadari bahwa kita ini semua berasal dari air hina yang bercampur, lalu tiba-tiba menjadi manusia yang merasa lebih dan punya apa-apa, padahal semua yang dimiliki sesungguhnya bukan kepunyaan kita, akan tetapi hanya diberi amanah untuk dikelola dengan baik, sebagai ujian apakah bisa lolos dari anugerah pemberian itu atau tidak, karena semuanya itu akan dipertanggung jawabkan, sebagai orang yang sudah punya hak pakai selama di dunia ini, makanya ketika kita kehilangan dianjurkan mengatakan kita ini dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.

Semoga tidak seperti yang Allah sudah peringatkan: "Sekali-kali tidak, sesungguhnya manusia itu melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup." (Al Alaq: 6-7)

Kembali ke penjual Jalangkote, dari kejadian itu berkah buat keluarganya. Sebagai penerima Program Keluarga Harapan (PKH) memang wajar untuk mendapatkan perhatian dari yang telah diberi oleh Allah anugerah harta yang berlebih. Sampai sekarang dari Ibu Bupati Pangkep sudah memberikan tabungan (saya tidak tau atas nama calon Bupati nih), dari tim Prabowo sudah memberikan beasiswa sampai SMA, dari komunitas sepeda sudah ada yang memberikan hadiah dan sudah ada 2 unit, dari anggota DPR RI memberikan 10 juta, sembako, komunitas lokal yang peduli kepada penjual Jalangkote ini, serta masyarakat yang berempati kepadanya, yang semestinya belum pantas untuk mencari rezeki pada umur SD Kelas 5 akan tetapi karena kerasnya kehidupan, harus dijalani oleh anak itu, walau kelihatannya agak terbelakang mental.

Apa itu jalangkote? 

Adalah makanan khas Sulawesi Selatan yang dibuat dari terigu kemudian isinya ada ubi, mie, telur, lalu digoreng, pokoknya enak dan mengenyangkan, apalagi saat hujan-hujan, karena ada semacam lombok dituangkan masuk ke dalamnya, pokoknya ngiler deh hehehe. Di lingkungan kampus khusunya di Ibukota Sulawesi Selatan banyak dijumpai anak-anak yang menjajakan jalangkote, banyak juga di lorong-lorong, serta lingkungan kompleks perumahan berjualan jalangkote.

Jalangkote adalah makanan favorit saat Ramadhan dan diluar ramadhan, itu tadi rasanya yang gurih dan mengenyangkan sehingga disukai oleh semua umur, dan semua jenis strata sosial.

Saya merasa senang dengan media-media yang menulis sesuai dengan nama aslinya untuk memperkenalkan kepada warganet Indonesia pada umumnya bahwa ada makanan enak bernama Jalangkote dari Sulawesi Selatan. 

Hanya saja soal bahasa kita sudah hampir dan bergeser kepada bahasa Inggris, "penghinaan" dipakaikan bahasa Inggris, mungkinkah 20 tahun yang akan datang bahasa Indonesia hilang oleh pengaruh bahasa Inggris yang semakin didukung oleh orang Indoneia sendiri, padahal sesungguhnya mereka datang ke bumi Pertiwi ini mengeruk SDA kita, bahasanya pun kita dijajah perlahan untuk dipakai secara tidak sadar. 

Perusahaaanya pun datang lalu dipersyaratkan pribumi harus berbahasa itu padahal kita ini yang punya sumber daya alam, saya agak suka politisasi bahasa orang Jepang, yang bekerja dan kuliah di negaranya harus bahasa Jepang.

Berkah dengan kejadian itu memantik kepedulian kita kepada sesama. Namun untuk pemerintah kepeduliannya bukan hanya untuk numpang viral, pedulinya harus stabil, terus-menerus, karena masih banyak yang lebih miskin dari penjual Jalangkote itu yang tidak terungkap, pemerintah harus adil, dan punya nafas panjang untuk peduli terus kepada rakyat bukan hanya peristiwa seperti itu saja lalu seperti juga rakyat biasa datang berkerumun, karena mereka digaji dari penderitaan rakyat, untuk urusi kebutuhan rakyat yang banyak ini. Lihat BPJS naik lagi, Minyak dunia turun drastis, BBM Pertamina tidak turun, lalu minta-minta dana Corona ke rakyat kayak yayasan saja, padahal 400 T untuk penanganannya dan UU sudah amanatkan lewat bunuh diri massal anggota DPR menyetujui tidak bisa diperiksa dan di evaluasi, canggih kan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun