Proses penulisan dan penerjemahan kitab Turath biasanya dilakukan secara harfiah (kata per kata atau huruf per huruf). Hal ini berbeda dengan metode penulisan kitab-kitab modern yang lebih banyak menggunakan pendekatan mafhum (pemahaman umum) sehingga lebih fleksibel.
Teknik penyusunan kitab ini mengikuti tradisi ulama terdahulu, sejak masa imam-imam besar seperti Imam Malik, Imam Syafi'i, dan seterusnya. Tradisi ini diwariskan dari generasi ke generasi sebagai bagian dari kesinambungan ilmu.
Menurut Dr. Amru Al-Wirdani, kitab Turath bukanlah ilmu itu sendiri, melainkan buah dari ilmu yang dimiliki para penulisnya. Dengan mempelajari kitab Turath, seorang penuntut ilmu berusaha memahami cara berpikir penulisnya. Dari situlah letak hakikat ilmu sesungguhnya.
Salah satu pembeda utama MA Al-Azhar Asy-Syarif Sumut dengan lembaga lain adalah penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari di lingkungan sekolah. Para siswa dibiasakan untuk berkomunikasi aktif menggunakan bahasa Arab, baik di dalam maupun di luar kelas.
"Pendekatan ini membuat mereka terbiasa dengan materi, disiplin ilmu, serta suasana akademik yang menjadi modal utama menghadapi Imtihan Syahadah Azhari," tambahnya.
Lingkungan yang serba bahasa Arab ini membentuk mentalitas dan kemampuan linguistik siswa, sehingga ketika mereka menghadapi ujian internasional, bahasa Arab bukan lagi menjadi hambatan, melainkan keunggulan kompetitif.
Mata Pelajaran Komprehensif dan Strategi Persiapan
Imtihan Syahadah Azhari dikenal sebagai salah satu ujian standar internasional dengan tingkat kesulitan tinggi. Ustadz Abdul Yahya menjelaskan bahwa mata pelajaran yang diujikan sangat komprehensif, mencakup berbagai disiplin ilmu keislaman.
"Mata pelajaran yang diujikan meliputi Tahfidz Syafawi 6 juz, Tahfidz Tahriri, Tafsir, Hadits, Hifdzul Hadits, Tauhid, Fiqh, Nahwu, Sharaf, Balaghah, dan Tarikh Adab wan Nusush," urainya.