Ilustrasi dihasilkan secara digital menggunakan teknologi AI.
Banyak orang hanya mengenal stevia sebagai pemanis rendah kalori, padahal riset terbaru mengungkap potensi luar biasa di balik daun manis ini. Menurut The Journal of Diabetes and its Complications serta Journal of the American College of Nutrition , stevia memiliki efek antidiabetik yang nyata, dibuktikan melalui studi in vitro, in vivo, hingga uji klinis manusia.
Pada level laboratorium dan hewan, senyawa stevioside terbukti dapat menurunkan kadar gula darah, meningkatkan sensitivitas insulin, dan mengurangi stres oksidatif. Studi klinis pada pasien diabetes tipe 2 juga menunjukkan hasil positif berupa perbaikan profil gula darah dan lipid. Namun, bukti jangka panjang di manusia masih terbatas sehingga belum bisa disebut sebagai “obat diabetes.”
Selain manfaat untuk diabetes, stevia juga mengandung senyawa antioksidan yang kuat. Senyawa ini membantu tubuh melawan radikal bebas yang bisa merusak sel dan jaringan, sehingga berpotensi menurunkan risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung dan peradangan kronis. Efek antioksidan ini membuat stevia bukan hanya pemanis, tapi juga pendukung kesehatan seluler secara keseluruhan.
Lebih jauh, beberapa penelitian laboratorium menunjukkan bahwa stevia dapat mempengaruhi proses metabolisme sel kanker. Senyawa aktif di dalamnya berpotensi menekan pertumbuhan sel abnormal dan memicu apoptosis, yaitu kematian sel kanker secara alami. Walau hasil ini menjanjikan, uji klinis pada manusia masih minim, sehingga klaim antikanker tetap bersifat potensial dan perlu penelitian lebih lanjut.
Tak kalah mengejutkan, riset berjudul “Anti-Cancer Properties of Stevia rebaudiana; More than a Sweetener” menemukan bahwa senyawa aktif stevia mampu memicu apoptosis alias bunuh diri sel kanker serta menghambat proliferasi dalam berbagai studi in vitro dan in vivo. Walau menjanjikan, penelitian pada manusia belum tersedia, sehingga klaim antikanker ini masih bersifat potensial dan perlu uji klinis lanjutan.
Dari sisi keamanan, stevia umumnya dianggap aman bila dikonsumsi sesuai batas harian. Meski ada kekhawatiran tentang efek imunologi atau reproduksi dalam dosis tinggi pada hewan, penelitian pada manusia menunjukkan bahwa penggunaan stevia sehari-hari sebagai pemanis alternatif tidak menimbulkan risiko serius.
Kesimpulannya, stevia jelas lebih dari sekadar pemanis biasa. Selain mampu memberikan rasa manis tanpa menambah kalori, daun ini terbukti memiliki manfaat kesehatan yang nyata, terutama bagi penderita diabetes, dengan kemampuan menurunkan gula darah, meningkatkan sensitivitas insulin, dan memperbaiki profil lipid. Tidak hanya itu, potensi efek antioksidan dan kemampuan memengaruhi pertumbuhan sel kanker membuat stevia menarik untuk penelitian lebih lanjut di bidang kesehatan.
Meski begitu, penting diingat bahwa stevia bukanlah obat ajaib yang bisa menyembuhkan penyakit secara instan. Ia sebaiknya digunakan sebagai bagian dari gaya hidup sehat menggantikan gula berlebih, mendukung pola makan seimbang, dan membantu menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Dengan pendekatan yang tepat, stevia bisa menjadi pendamping cerdas dalam menjaga kesehatan jangka panjang, sambil tetap menikmati rasa manis yang alami.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI