Mohon tunggu...
Zeayin
Zeayin Mohon Tunggu... pelajar

Apa aja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Karma Di Balik Gosip

24 September 2025   08:55 Diperbarui: 24 September 2025   08:55 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tania adalah seorang murid teladan di sekolah. Di depan guru dan teman-temannya, ia adalah sosok yang santun, patuh, dan selalu tersenyum. Namun, di balik senyum itu, Tania menyembunyikan sifat aslinya yang pemarah dan suka menyebarkan gosip. Ia sering merasa tidak puas dengan teman-temannya dan bertekad untuk membuktikan dirinya lebih unggul.

Suatu hari, di kantin sekolah, Tania mendengar Sinta dan Adam membicarakan kabar yang menggegerkan. "Ellie akan jadi siswa terpandai? Tidak mungkin!" gumam Tania, tatapannya menyalang ke arah Ellie yang duduk tenang sambil membaca buku.

Sinta, salah satu teman dekatnya, mendekat. "Ada apa, Tania? Wajahmu kelihatan kesal sekali."

Tania menyunggingkan senyum palsu. "Biasa, kok. Hanya kaget saja. Kudengar Ellie yang akan menerima penghargaan itu." Ia merendahkan suaranya, "Aku cuma ragu. Apa mungkin Ellie sebaik yang kita lihat? Kalian tahu, dia selalu diam. Siapa tahu diam-diam dia curang."

Beberapa hari kemudian, gosip itu menyebar. Tania, dengan senyum manisnya, mendatangi beberapa teman Ellie yang lain. "Eh, kalian tahu tidak, Ellie suka mencontek," bisiknya pada Dela dan Cia.

Cia mengerutkan dahi. "Benarkah? Tapi, Ellie kan pintar."

"Pintar atau pintar mencontek?" Tanua tertawa kecil. "Aku punya buktinya. Catatan-catatan ini. Sepertinya Ellie punya contekan saat ujian lalu." Ia menunjukkan beberapa lembar kertas yang tampak usang. "Aku menemukannya tidak sengaja di laci meja Ellie," ujarnya, padahal ia sendiri yang memalsukannya.

Cia dan Dela saling pandang. "Jadi begitu?" Dela tampak terhasut.

Gosip itu semakin kencang. Ellie, yang pendiam, hanya bisa terdiam bingung melihat teman-temannya mulai menjauh. Ia mencoba bertanya pada Cia. "Cia, ada apa? Kenapa kalian semua seperti menghindari aku?" tanya Ellie dengan suara pelan.

"Kami tidak apa-apa," jawab Cia singkat, menghindari tatapan Ellie.

"Tapi... apa yang terjadi?" desak Ellie.

"Sudahlah, jangan pura-pura tidak tahu," sahut Dela dengan nada dingin, lalu pergi begitu saja.

Ellie merasa terpuruk, tetapi ia memilih diam. Namun, salah seorang guru yang curiga, Bu Teri, mulai menyelidiki kebohongan Tania. Beberapa hari kemudian, Bu Teru memanggil Tania ke ruangannya.

"Tania, ada yang ingin Ibu bicarakan," kata Bu Teri dengan nada serius.

Tania segera memasang wajah sok lugu. "Ada apa, Bu? Apa Ellie sudah meminta maaf?"

"Tidak perlu pura-pura, Tania," potong Bu Teri. Ia meletakkan catatan palsu yang dibuat Tania di meja. "Ibu sudah menyelidiki masalah ini. Catatan-catatan ini adalah hasil rekayasa."

Wajah Tania mendadak pucat, tetapi ia bersikap keras kepala. "Itu tidak benar, Bu! Saya hanya memberitahu kebenaran. Ellie memang mencontek!"

"Tania, jujur saja. Ibu menemukan kejanggalan dalam tulisan ini. Ibu sudah memeriksa tulisan Ellie, dan ini jelas bukan tulisan tangannya," desak Bu Teri.

Tania tetap bergeming. "Saya tidak melakukannya, Bu!" Ia menolak mengakui kebohongannya.

"Tania, tindakanmu merusak nama baik Ellie. Mengakui kesalahanmu adalah langkah pertama untuk memperbaikinya," kata Bu Teri dengan lembut namun tegas.

Tania tetap keras hati. "Tidak! Saya tidak berbohong!"

Bu Teri menghela napas. "Karena kamu tidak mau mengakui perbuatanmu dan berbohong, Ibu terpaksa memberikan hukuman skorsing."

Tania terdiam. "Tidak, Bu... tidak!"

"Ini adalah konsekuensi atas perbuatanmu," ujar Bu Teri.

Saat Tania keluar dari ruangan guru, tatapan teman-temannya terasa bagai panah. Sinta, Cia, dan Dela menatapnya dengan kecewa. "Jadi, selama ini Tania berbohong?" bisik Sinta.

Tania tak sanggup menjawab. Ia melenggang pergi, merasa sendiri. Di rumah, ia hanya bisa merenung. Kebohongan yang ia buat untuk menjatuhkan Ellie, justru menjatuhkan dirinya sendiri. Topengnya telah hancur, dan ia kini harus menerima akibat dari sifat munafik dan keras kepalanya. Ellie yang awalnya terpuruk, kini justru merasa lega karena kebenaran terungkap. Tania akhirnya menyadari betapa bodohnya ia telah bersikap, dan ia pun harus menghadapi konsekuensi dari kebohongan dan wataknya yang keras

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun