Mohon tunggu...
Alan Agustian
Alan Agustian Mohon Tunggu... wiraswasta -

Alumni UI\r\n\r\nmemuji apa yang benar, mengkritisi apa yang salah.\r\n\r\nfollow me on\r\nhttp://laminincomm.blogspot.com/\r\nhttp://devotionofgod.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Nyanyian untuk Bangsa

17 Januari 2015   01:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:59 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Re-Post apa yang saya pernah publish)

Nyanyian untuk Bangsa

Bukankah kita Rakyat Indonesia, Kita lahir di Indonesia, Negara dengan sejuta permasalahan besar dan kecil, namun tetap milik kita, urusan kita.  apa alasan anda berdiam? kapan anda memulai mengambil pena mengkritisi, memperbaiki, dan mulai mengabdi bagi bangsa ini?

Meski kata negeri tetangga, kita tertinggal. Meski kata dunia, kita bukan negara maju. Tubuh ini milik kita, kitalah yang bertanggung jawab menyembuhkan negeri ini.

Apa ? Anda kecewa karena pemimpin negara ini tidak lagi bisa dipercaya? Atau malu dengan ini semua? Karena merasa negara ini tidak lagi mampu bangkit (sudahkah terlalu rusak)? Anda salah! Negeri ini disebut-sebut dunia sebagai negara yang berpotensi luar biasa menjadi negara maju di Asia

(menumbuhkan kepercayaan Anda!!).

Kita pernah Berjaya, kita pernah berswasembada, kita pernah menjadi negara penjaga perdamaian dunia (ingat Konferensi Asia Afrika siapa pencetusnya.. Indonesia kita); terlalu banyak fakta, terlalu banyak sumber daya hebat baik Alam maupun Manusia, terlalu banyak alasan untuk kita kembali berjaya.

Kita bukan negara kecil. Kita masih sangat mampu menjadi besar, ya memang pernah terjadi masalah besar sebelum orde Baru, tidak salah bila saya sebut sebagai “waktu-waktu kebodohan” zaman itu (tepatnya sebelum 1998 rezim Soeharto).

Kekayaan Alam kita dirampok pihak Asing secara Legal (47 tahun Freeport berjaya di Irian bersama ratusan perusahaan asing lainnya), Mental “karyawan” di ajarkan kepada rakyat dan mengijinkan pihak asing memimpin dan kita jadi kuli-nya.

Buang sampah sembarangan jadi tradisi; serobot lampu merah jadi kebiasaan pak Polisi; Membunuh kok di ‘halal’ kan, korupsi diperbolehkan asal ga ketauan; asal ada uang dan kekuasaan semua lancar, lucunya Bos besar di Lembaga Peradilan dan lembaga ke’agama’an secara tragis masuk bui. Prof. Dr. Ir. tak lagi menjamin kejujurannya.

(Sadarkah diri anda sekarang!?)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun