Mohon tunggu...
Alam208
Alam208 Mohon Tunggu... wiraswasta -

nothing.. but everything....

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Menunggu PSSI Baru

26 November 2014   10:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:49 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Anda nonton timnas sore tadi..?

Bagaimana perasaan anda ? Pasti jengkel, kesal dan bahkan marah..!!  Well.. menurut saya itu normal  karena anda begitu mencintai TIMNAS ini. Sama seperti saya begitu besarnya harapan saya padaTIMNAS indonesia, bukan hanya senior harapan itu saya sematkan pada semua level Timnas, dan mimpi kita pun sama, kita ingin melihat TIMNAS berjaya disemua ajang.

Kekalahan 0 – 4 dari Filipina membuka mata kita begitu pesatnya perkembangan sepakbola ASEAN, lihatlah  bagaimana Timorleste, Myanmar dan beberapa negara ASEAN lainnya yang dianggap tim kecil pada masa lalu kini mulai berbenah dan menunjukan perkembangan yang menurut saya sangat signifikan.

Lalu… bagaimana dengan Indonesia..?

Kita seperti mengalami masa – masa kegelapan, seperti berjalan mundur atau mungkin banyak perumpamaan lain yang bisa menggambarkan betapa buruknya keadaan sepak bola kita saat ini. Tak pelak pemain, pelatih pun menjadi kambing hitam atas kegagalan demi kegagalan yang terjadi dan PSSI pun tanpa malu - malu berlindung dari mereka. Contoh kasus TIMNAS U19 bagaimana buruk nya VISI mereka dalam mengelola TIMNAS usia dini, mereka memanfaatkan popularitas  dan rating tv  TIMNAS U19 yang begitu tinggi karena keberhasilan mereka dalam AFF U19 beberapa waktu lalu. Mereka di eksploitasi sedemikian rupa hingga tenaga dan pikiran mereka habis dan alhasil pada kompetisi sesungguhnya mereka jeblok, Fisik mereka anjlok, kejenuhan membuat mereka tak kreatif, perkembangan mereka begitu stagnan tak ada kemajuan berarti yang ditunjukan. Dan yang menjadi korban adalah INDRA SJAFRI sang pelatih dan tentu saja para pemain, cacian bahkan hinaan disematkan pada Indra padahal U19 lahir dari tangan dinginnya, indra memulai segala sesuatu dari awal membangun tim ini, tak adanya kompetisi usia dini yang berkesinambungan di negeri ini, maka untuk memilih pemain ia lakukan sendiri sampai ke pelosok ujung Indonesia, dari Aceh sampai Alor. Bahkan kabarnya Indra sempat terkatung – katung Karena tak tersedianya dana untuk TIMNAS U19 dimana pada saat itu PSSI malah sedang asik dengan konfliknya sendiri. Setelah gagal pada Piala U19, maka Indra pun langsung dipecat atau petinggi PSSI menyebutnya dengan kata “diberhentikan” agar terlihat halus dan bijaksana. Nasib U19 pun kabur tak tentu arah dan kembali kita melihat proses yang telah berjalan baik dihancurkan begitu saja dan semua kembali dari awal lagi. Disini kita melihat begitu buruknya VISI PSSI untuk perkembangan usia dini padahal dalam sepak bola usia dini yang diperlukan adalah proses bukan hasil kalah atau pun menang dan parahnya hal ini berlaku bagi TIMNAS Junior yang lain  gagal  = pecat dan  bubar.

KOMPETISI MUARANYA TIMNAS ?

Kita sering mendengannya kompetisi itu muaranya TIMNAS, kompetisi baik akan menghasilkan TIMNAS yang baik dan sebaliknya kompetisi buruk maka akan menghasilkan TIMNAS yang buruk dan Ini pun berlaku bagi timnas kita.

Standar kompetisi kita begitu memprihatinkan, carut marut pengelolaan kompetisi seperti amatiran yang berlagak Profesional, Jadwal yang berantakan, klub penunggak hutang didiamkan hingga muncul pengaturan skor yang memalukan, wasit – wasit tak berkualitas dipekerjakan, saling serang antar supporter seperti kebiasaan, menimbulkan korban jiwa dan kerugian. Mirisnya keadaan ini pun berlangsung selama bertahun – tahun tanpa ada sedikitpun perbaikan. Disini kita lihat begitu buruknya VISI PSSI dalam mengelola kompetisi,

Kompetisi kita kaya akan kuantitas tapi miskin dalam Kualitas, hampir 22 klub berkompetisi di liga super ( Pro ) jumlah yang amat besar, tapi berbanding terbalik dengan standar kelayakan klub bahkan beberapa banyak klub ini pantasnya  disebut amatir.

Legal,personel ,insfrastuktur, sporting dan Finansial adalah 5 syarat wajib untuk menjadi klub professional, kalau boleh jujur berapa klub sih yang punya standar pro seperti yang ditetapkan AFC ini, hmmp,.. itung – itungan saya cuman 3 klub saja PERSIB, PERSIPURA dan SEMEN PADANG yang lain masih bermasalah, dan masalah yang paling krusial untuk klub pro adalah finansial, hal ini tentu saja berdampak pada kompetisi yang dijalankan, masalah gaji ditunggak hingga berbulan – bulan, insfrastuktur yang tidak memadai, sampai pengembangan usia dini klub yang tersendat karena tak punya dana bahkan beberapa klub masih berurusan dengan legalitasnya. Maka pantaskah menurut anda klub –klub ini disebut pro..?   oleh karena itu sejatinya tak ada namanya kompetisi professional di Indonesia saat ini karena kenyataannya klub – klub di liga super tersebut masih amatir.

Maka apa yang dihasilkan oleh kompetisi itu pun akhirnya bermuara ke TIMNAS, Jadwal kompetisi liga yang berantakan memaksa Riedle untuk mempersiapkan TIMNAS alakadarnya, yupp.. hanya seminggu mereka dipersiapkan dan hasilnya sangat jauh dari harapan, walaupun Sebuah kekonyolan mengharapkan prestasi dari tim yang hanya dipersiapkan satu minggu menjelang kompetisi. Saya yakin seorang Guardiola pun akan kesulitan dengan keadaan seperti ini.

Faktor fisik dan mental yang telah terkuras karena begitu panjangnya kompetisi pun menjadi alasan Riedle dibalik kekalahan sore tadi. Tapi tetap saja mereka, pelatih dan pemain yang akhirnya menjadi sasaran empuk kambing hitam atas kegagalan TIMNAS, dan kembali PSSI berlindung dibalik mereka tanpa mau sedikitpun bertanggung jawab, dan seperti biasa Gagal = Pecat dan bubar.

KESIMPULANNYA…???

PSSI sebagai pengelola sepakbola tanah air harus memiliki VISI yang baik, maju dan terarah memperbaiki citra kompetisi tanah air melalui reformasi system tata kelola kompetisi dan menjalankan regulasi kompetisi secara tegas tanpa pandang bulu dan kepentingan, paksa klub – klub mejalankan standar PRO dan apabila mereka tidak mampu selayaknya mereka berkompetisi diamatir dan diarahkan untuk menjadi Pro, ini penting demi menjaga mutu dan standar kompetisi.

Pengembangan usia dini dapat dilakukan melalui klub – klub dengan kompetisi berkesinambungan dari level U10  - U21 sehingga pelatih junior tak harus blusukan mencari pemain sampai ke pelosok, dan akhirnya klub lah yang menghasilkan TIMNAS bukan sebaliknya.

Pertanyaannya apakah PSSI punya visi seperti ini ? apakah mereka mampu menjalankannya?

Hard to say Im sorry… , saya sangat pesimis tentang hal ini, visi mereka lemah, semangat untuk menciptakan perbaikan peningkatan TIMNAS dan kompetisi hampir tidak ada, pelanggaran dan penyalahgunaan regulasi diabaikan begitu saja,  kompetisi pun berjalan apa adanya dan Sepertinya kita harus bersabar lagi menunggu TIMNAS kembali berprestasi dan disegani dikancah dunia. Hmmmp..

Menunggu PSSI baru visi yang baru dan semangat yang baru….

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun