Indonesia sangat terkenal dengan budaya dan tradisi. Salah satu tradisi unik yang tumbuh berkembang di daerah Tulungagung, Jawa Timur, yaitu tradisi "Cethe". mungkin bagi masyarakat di luar Tulungagung akan asing dengan istilah tersebut. Namun, bagi warga Tulungagung sendiri, cethe bukan hanya sekedar ngopi, melainkan juga gaya hidup juga seni dalam nyeduh kopi yang sudah diwariskan turun-menurun.
Kata "cethe" sendiri merupakan serapan dari bahasa Jawa, yang artinya ampas (endapan) kopi. Istilah ini sangat populer di Tulungagung. Cethe atau nyethe itu sendiri merupakan kegiatan mengoleskan endapan kopi ke rokok. Tradisi ini menghasilkan tampilan unik pada rokok, di mana batang rokok dihias dengan pola tertentu dari cethe. Rasanya sendiri cenderung pahit, namun bukan soal rasa yang membuat cethe begitu istimewa, melainkan nilai seni dan tradisinya.
Ngga hanya dari kalangan bapak-bapak yang melakukan cethe, bahkan tradisi ini juga banyak diminati oleh kalangan remaja. Kalangan bapak-bapak sering memulai pagi hari dengan ngopi dan menghias rokok dengan cethe, sebelum berangkat kerja atau saat bersantai di warung kopi. Â
Kegiatan ini menjadi momen sosial yang berkesan, dengan segelas kopi dan sebatang rokok mereka berkumpul saling berbagi cerita. Hanya dengan budget Rp6.000 per cangkir sudah dapat menikmati cethe, hingga sering menjadi alternatif di berbagai kalangan.
Tradisi cethe banyak ditemui di pagi hari, terutama di warung kopi yang tersebar di wilayah Tulungagung. Salah satu warung kopi yang cukup terkenal adalah Warung Kopi Waris yang terletak di daerah Kauman, Tulungagung. Di tempat ini, para penikmat kopi berkumpul dan menikmati cethe sambil merokok dan berbincang santai.
Bukan sekedar rutinitas harian, hingga tradisi ini juga sampai menjadi ajang  lomba. Pernah diadakan lomba cethe se-Tulungagung, yang menarik banyak peserta dari berbagai kalangan. Dalam lomba ini, kreativitas menjadi penilaian utama. Para peserta menghias batang rokok dengan pola-pola unik menggunakan ampas kopi hijau, mulai dari motif batik hingga tokoh-tokoh pewayangan.
Cethe bukan sekadar ampas kopi, tetapi simbol dari kreativitas, kebersamaan, dan penghormatan terhadap tradisi. Aktivitas menghias rokok dengan cethe menunjukkan adanya keterampilan tangan, ketelitian, dan kepekaan terhadap seni. Motif yang digunakan pun beragam, ada yang polos, yang rumit dan menggambarkan nilai-nilai budaya lokal seperti wayang dan batik.
Selain menjadi bentuk seni, cethe juga merupakan identitas lokal masyarakat Tulungagung. Tradisi ini telah ada sejak zaman nenek moyang dan terus diwariskan secara turun-temurun. Dalam setiap goresan cethe pada rokok, tersimpan cerita dan makna yang mengikat generasi lama dengan generasi muda.
Proses pembuatan cethe dimulai dari menyeduh bubuk kopi dengan air panas. Setelah didiamkan beberapa saat, ampas kopi akan mengendap di bagian bawah cangkir. Kemudian antara ampas dan airnya dipisahkan, nah ampas inilah yang kemudian diambil secara hati-hati, lalu dioleskan pada batang rokok. Proses ini memerlukan ketelatenan agar hasil akhirnya terlihat menarik dan tidak rusak saat rokok dibakar.