Mohon tunggu...
Ahada Ramadhana
Ahada Ramadhana Mohon Tunggu... -

Ngewarta di brilio.net, stay di Yogyakarta sejak 2010.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Meng-on-kan Kehidupan

25 Februari 2014   20:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:28 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul buku    : On


Penulis        : Jamil Azzaini

Tebal buku    : 280 halaman

Penerbit    : Mizania PT Mizan Pustaka

Terbit          : Juni 2013 (cetakan IV)

Harga         : Rp 39.000 (harga Islamic Book Fair Jogja)

Buku ini adalah hasil belajar Jamil Azzaini di ‘kehidupan nyata’ dengan latar belakangnya sebagai inspirator. Terlihat dari Daftar Pustaka yang hanya ada tujuh list referensi yang digunakan, salah satunya pun merupakan websitenya sendiri: www.JamilAzzaini.com. Lampiran-lampirannya menjadi kelebihan buku ini. Selain indeks dan profil penulis, juga dilampirkan ilustrasi training dan buku-buku karyanya yang semuanya best seller, serta aktivitas-aktivitas yang penulis geluti. Aktivitas tersebut antara lain Pesantren Wirausaha Abdurrahman Bin Auf, Trainer Laris (Komunitas pengader dan marketer  trainier), gerakan Menginspirasi Indonesia (www.i2movenetwork.com), Komunitas SuksesMulia (www.SuksesMulia.com), Kubik Leadership Training & Consultacy (www.kubik.co.id), KJKS BMT Beringharjo, AsaMediaMu Agensi Penulis (@AsaMediaMu). Indeks di dalam buku ini diklasifikasi menjadi tiga untuk lebih memudahkan pembaca: indeks kutipan ayat al qur’an, indeks nama dan indeks umum.

Sebagai prolog adalah bagian (bab) Move-On. Move On diartiakn bergerak, berpindah dari sebuah situasi ke situasi lainnya, kea rah yang lebih tinggi. Dunia di sekitar kita akan selalu berubah, maka diperlukan kesiapan menghadapinya.

Jamil membagi on ke dalam empat bagian. Pertama, visi-on. Kalimat penting pertama yang saya catat pada bagian ini adalah Hidup ini pada hakikatnya sedang mengumpulkan bekal menuju kehidupan yang abadi. Pada bagian ini kita diarahkan untuk bervisi jangka panjang. Tak hanya beberapa tahun atau berapa puluh tahun ke depan, namun juga visi akhirat. Semisal visi penulis yaitu ingin “memeluk nabi Muhammad dengan peuh cinta”, terinspirasi dari sahabat Ukasyah yang berhasil memeluk nabi. Kita juga dipesani bahwa jangan sampai hanya mengejar akhirat dan melupakan kehidupan dunia.jangan membuat visi yang amat normative, seperti ‘ingin menjadi orang yang berguna’ atau ‘ingin menjadi orang sukses’. Konkritkan visi kita dan deklarasikan, minimal tulis. Ini akan menjadi penyemangat kerja kita di kala lelah dan malas. Tiga pertanyaan mendasar dalam merumuskan visi: pertama, apakah keuntungan bagi saya jika visi ini tercapai? Kedua, siapa sajakan pemetik manfaat bila visi itu tercapai? Ketiga, apakah ketercapaian visi hidup ini kan membuat saya masuk surga.sebagai catatan juga, visi tidak hanya tentang diri sendiri, manfaatnya harus dapat juga dirasakan orang banyak, itulah visi yang mulia. Ketika kita memiliki visi yang besar, jangan lupa mengajak keluarga melakukan hal yang sama agar mereka tidak ketinggalan atau malah menjadi penghambat bagi kita.

Kedua, acti-on. Bagian ini diawali dengan kalimat ‘bila vision sudah kita tetapkan, ia hanya akan menjadi angan-angan kosong tanpa adanya action’. Action di sini didefinisikan sebagai ‘kerja’, yang mana dibagi menjadi tiga: kerja keras (mendatangkan rezeki), kerja cerdas (melipatgandakan rezeki), dan kerja ikhlas (membuat rezeki jadi berkah). Dalam action tetukan skala prioritas, yaitu dengan pendekatan ilahi, bukan berdasarkan kacamata manusia. Prioritas dari tinggi ke erndah yaitu wajib, sunah, sesekali yang mubah, tinggalkan yang makruh, dan campakkan yang haram. Kita harus mau berkeringat, bila ingin expert maka setidaknya melakukan action yang terprogram lebih dari 10 ribu jam, melakukan pengulangan terhadap kerja kita, tentu disertai pemaknaan. Yang menjadi catatan juga, setiap melakukan action pasti akan mendapat ujian karena itu adalah pertanda kita akan naik kelas. Justru kita patut berhati-hati bila hidup nyaman, karena itu adalah alamat menemui kehidupan yang merosot. Juga, kita harus memastikan bahwa apapun yang kita kerjakan membuat Ilahi makin cinta kepada kita, jauhi action yang membuat-Nya tidak menyukai kita.

Ketiga, passi-on. Action haruslah disertai passion, karena melakukan action tanpa passion ibarat robot, tak bergairah, tak ada penjiwaan, dan hanya menggugurkan kewajiban. Apa yang dirasakan? Tentu hampa dan menjemukan, atau bahkan mungkin menciptakan keluhan. Passion menghasilkan kecintaan, perhatian, kesungguhan dalam aktivitas yang dijalani. Ada tiga indikator untuk mengetahui apakah kita berada di jalur hidup yang tepat: pertama, sesuai dengan passion, dapat dibuktikan dari kesenangan/enjoying/kerelaan atas aktivitas yang dilakukan. Kedua, ada progress (kemajuan), dibuktikan dengan adanya peningkatan/ prestasi mengenai aktivitas yang kita jalani. Ketiga, adanya pengakuan dan penghargaan, yaitu diakuinya kita oleh orang-orang sekitar bahwa kita ahli pada aktivitas yang sedang kita jalani. Pesan penulis di bagian ini adalah ‘Jangan meludah di sumur yang airnya kamu minum’, yaitu ketika bekerja di suatu instansi dan mendapat keuntungan darinya namun tak jarang menjelek-jelekkan instansi tempat kerja tersebut. Terdapat dua orientasi (niat) yang mana ini akan menjadi pengendali passion kita: to be dan to have. To be menyatakan keinginan ‘menjadi’, artinya ada prestasi yang ingin dikejar. Sedangkan to have menyatakan keinginan ‘memiliki’, jika sudah mendapatkan yang diinginkan maka dianggap sudah mencapai akhir dari usaha. Di bagian ini kita juga diajak untuk mengoptimalkan mesin kecerdasan. Ada lima macam mesin kecerdasan, yaitu: thinking (pandai), intuiting (kreatif), sensing (rajin), feeling (hubungan), dan insting (serba bisa).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun