Bogor,24 September 2025 - Setiap langkah kecil menuju kebaikan, selalu ada cerita tentang perjuangan, harapan, dan kebahagiaan yang lahir di tengah tantangan. Itulah yang saya rasakan bersama teman-teman Relawan Gesit Salam Setara, ketika kami memulai berbagai program sosial yang sederhana tapi penuh makna.
Bagi kami, kebaikan bukan sekadar memberi bantuan sesaat. Ia adalah proses panjang: merancang, menggerakkan, hingga memberdayakan masyarakat agar mereka kelak mampu berdiri di atas kaki sendiri. Itulah mengapa kami memulai program pemberdayaan ekonomi melalui peternakan ayam petelur dan kambing, pelatihan bagi peternak lokal, home care gratis untuk lansia, hingga pembagian sembako dari hasil peternakan kami sendiri.
Semua ini lahir dari mimpi sederhana: melihat masyarakat hidup lebih layak, berdaya, dan setara.
Momen yang Tak Terlupakan: Jumat Berkah dari Telur Ayam
Dari sekian banyak program, ada satu momen yang selalu membuat saya merinding: Jumat Berkah.
Setiap hari Jumat, telur-telur dari peternakan ayam yang kami kelola bersama masyarakat dikumpulkan. Bukan untuk dijual, bukan untuk dikonsumsi pribadi, tetapi untuk dibagikan di masjid-masjid. Telur itu mungkin terlihat biasa saja, tapi bagi kami, itu adalah simbol kebaikan yang berputar: dari masyarakat untuk masyarakat, dari yang diberdayakan untuk mereka yang membutuhkan.
Melihat wajah-wajah yang tersenyum ketika menerima bantuan sederhana itu---itulah kebahagiaan sejati yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Rasanya seperti menyaksikan mimpi kecil kami menjadi nyata, setahap demi setahap.
Dampak Nyata: Dari Mustahik Menuju Muzakki
Program ini tidak berhenti pada memberi bantuan. Sejak awal, kami percaya bantuan yang baik adalah yang melahirkan kemandirian.
Banyak UMKM kecil yang awalnya hampir gulung tikar karena keterbatasan modal. Melalui penyaluran modal usaha, bahan baku, hingga bantuan tunai, mereka kini bisa kembali berproduksi. Perlahan, mereka bukan hanya menerima, tetapi mulai memberi kontribusi kembali kepada masyarakat.
Itulah impian besar kami: melihat para mustahik---penerima zakat---bertransformasi menjadi muzakki---pemberi zakat. Sebuah siklus kebaikan yang terus berputar, dari tangan yang menerima menuju tangan yang memberi.
Tantangan yang Menguji, Proses yang Menguatkan
Namun, di balik semua cerita indah itu, ada realitas yang tak bisa diabaikan: tantangan.
Perbedaan pendapat dalam tim saat perencanaan, proses distribusi yang harus benar-benar tepat sasaran, bahkan menghadapi masyarakat yang sebenarnya mampu tapi tetap berharap bantuan---semuanya menjadi ujian tersendiri.
Di sinilah kami belajar bahwa membangun kebaikan bukan hanya soal memberi, tetapi juga mengedukasi. Kami harus berani berkata bahwa bantuan bukan untuk ketergantungan, melainkan untuk kebangkitan. Itulah mengapa sosialisasi dan komunikasi dengan masyarakat menjadi kunci, agar mereka paham bahwa tujuan akhirnya adalah kemandirian.
Tantangan-tantangan itu kami jawab dengan koordinasi yang lebih matang, timeline yang jelas, serta keterbukaan dalam diskusi tim. Karena kami percaya, setiap masalah yang dihadapi dengan hati yang tulus akan melahirkan solusi yang menguatkan.
Pelajaran Berharga dan Refleksi
Bagi saya pribadi, perjalanan ini mengajarkan satu hal: dampak besar tidak lahir dari langkah raksasa, melainkan dari langkah-langkah kecil yang konsisten.
Sering kali kita menunggu kesempatan besar untuk berbuat baik, padahal setiap kebaikan, sekecil apa pun, bisa mengubah hidup seseorang. Kebahagiaan tidak datang dari apa yang kita terima, melainkan dari apa yang kita berikan.
Di sinilah saya benar-benar memahami makna bahagianya merayakan dampak. Ia bukan sekadar slogan lomba, melainkan refleksi nyata bahwa kebahagiaan sejati adalah ketika hidup kita memberi arti bagi orang lain. (Indra Kurniawan)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI