Senin 7 juli 2025. 21.25 wib, aku mencoba meneruskan catatan lembaran perjalanan ku 15 tahun yang lalu, di permukaan air laut di atas geladak kapal dari Bakauni menuju pelabuhan merak, musik dan suara keras penyanyi wanita tidak cukup untuk mengganggu konsentrasi ku, aku terus menulis tanpa sedikitpun terusik
Dzikirku malam itu terhenti ketika pintu besiku dibuka.
Krak! Suaranya memecah sunyi lorong penjara.
"Pak ustadz, ada yang ingin bertemu," kata salah satu dari dua petugas polisi yang menjemputku.
Aku keluar kamar, mataku menyapu lorong penjara yang biasanya ramai.
"Sepi... tak ada tahanan yang main di lorong," batinku.
Biasanya, malam-malam begini, banyak yang duduk di luar sel, berjudi kartu, "O..rupanya pintu kamar semua terkunci" suara batinku.
Itu hiburan mereka. Polisi pun tak melarang, mungkin sebagai kebijakan preventif agar tidak terjadi keributan di dalam penjara.
Di sudut bangku ruang kunjungan, dua perwira Densus 88 sudah menunggu.
Hanya kami bertiga di ruangan tanpa jendela itu.