Opini Oleh: Syailendra Adi Sapta
Ketua Umum ICT (Indonesia Contra Terror)
Hari ini, kata "radikal" seakan menjadi momok. Apa pun yang tidak sesuai arus utama langsung dicurigai. Kalimat-kalimat yang berpikir terlalu jauh, yang menyentuh akar masalah, bahkan yang menawarkan solusi struktural --- kerap dianggap radikal.
Padahal, kalau kita jujur, bangsa ini bukan rusak karena radikalisme --- tapi karena ketidakadilan, korupsi, dan runtuhnya moral publik.
Lalu, siapa yang paling merusak negeri ini?
Mereka yang berpikir sampai ke akar --- atau mereka yang mencuri anggaran dan menipu rakyat?
Secara bahasa, radikal berasal dari kata radix dalam bahasa Latin, yang berarti akar. Berpikir radikal adalah berpikir sampai ke dasar persoalan. Ia bukan tentang kekerasan, bukan tentang bom, bukan tentang intoleransi. Justru sebaliknya --- radikal adalah keberanian intelektual untuk tidak berhenti di permukaan.
Sayangnya, di negeri ini, kata radikal sudah kehilangan makna. Ia dicabut dari akarnya sendiri, dipelintir menjadi alat stigmatisasi, dan disematkan kepada siapa saja yang berpikir berbeda.
Rebut Kembali Makna Radikal