Part. 5 Terusir dari Halte
Hembusan angin malam, membawa berkah bagi Mak Yah. Tepatnya pada malam senin Mak Yah menginjak keramaian kota. Berebut pengendara motor serta bus melaju menyusuri jalan ini menjadi tontonan yang biasa menjadi aktivitas setiap hari.
Mak Yah berdagang di sebuah halte. Tempat strategis yang membuat dagangannya laris oleh calon penumpang yang menunggu Bus malam. Dengan tujuan Semarang, Jakarta.Â
Lagi pula Sariatun sudah tak tampak batang hidungnya. Membuat perasaannya lega berjualan di sini. Sepertinya janda anak satu dari Desa Sumenep sudah pindah ke tempat lain.Â
Banyak orang berlalu lalang. Ada pria paruh baya menggendong tas ransel menuju Mak Yah.
"Bu, lontong 1 gorengan 2."Â
Mak Yah meraih apa yang diminta. Kemudian datang lagi pembeli lain, perempuan berhijab biru bersama dua orang anaknya membeli cemilan kue kering. Mak Yah menyambut baik, dengan tersenyum ramah pada mereka.Â
Namun, bus tujuan Jakarta terlalu cepat tiba, pembeli Mak Yah buru-buru membayar dan berangsur pergi. Menaiki anak tangga pintu bus kota. Sebelum berlalu Ibu beranak dua itu menoleh ke arah Mak Yah. Mengucapkan salam perpisahan.Â
Hal itu mengingatkan sang Ibu pada liburan akhir pekan. Ketika Mak Yah mengapit jemari tangan kedua anaknya untuk menikmati liburan di Safari.Â
"Kira, jaga Adikmu. Saat sampai di Taman Safari."
Mereka begitu senang, menantikan hari di mana Mak Yah akan mengajak liburan kembali. Liburan ke Taman Safari sudah berangsur lama, sejak anaknya masih sekolah taman kanak-kanak.