Mohon tunggu...
A Koba Kalengkongan
A Koba Kalengkongan Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Founder Rumah Perbedaan

Sebagai Anak Bangsa. Putra Bumi Nusantara. Anak Pulau Indonesia, saya menyadari begitu kaya Bangsa ini, jutaan perbedaan lahir di tengah bangsa yang majemuk ini, namun telah diikat erat dengan satu kata yaitu Pancasila. Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda tapi tetap satu. Berangkat dari falsafah bangsa inilah Rumah Perbedaan berdiri dengan mengusung misi dan tekad yakni menghargai, menghormati dan mencintai perbedaan. Kita memang berbeda namun saudara dalam kemanusiaan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surga Si Kaya dan Neraka Kaum Miskin

31 Maret 2020   15:09 Diperbarui: 31 Maret 2020   15:19 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Teman-Temanku. Kerabat. Handai Taulan.
Rakyat Nusantara Republik Indonesia.

Semoga semua dalam keadaan sehat walafiat.

Saya tau berat menghadapi pandemic Covid 19 di daerah masing-masing apalagi daerah yang sudah terpapar atau sudah ada pasien yang positif.
Mulai dari pemerintah, tenaga medis, tokoh masyarakat, tokoh agama, sampai setiap masyarakat telah berupaya, berusaha keras dan merasakan kesulitan.

Saya tau social distancing berat bagi masyarakat yang hanya menggantungkan kehidupannya pada pendapatan harian.
Para Ojol. Supir Angkutan Umum. Buruh harian. Dan semua masyarakat yang hanya bertahan hidup dengan upah untuk makan sehari saja.
Belum lagi kalau ada cicilan Rumah. kendaraan. Mobil. Motor dan tunggakan kebutuhan lainnya. .

Membaca group-group Transportasi Online, mereka semua mengeluh. Mereka semua kesulitan.

Mereka berteriak marah
"KAMI DIKEJAR HUTANG.
KAMI DIKEJAR COLLECTOR".

Namun dalam perbincangan di group itu
terlihat mereka saling menguatkan meskipun sebenarnya rapuh..

Masyarakat yang sedang tertekan ekonominya mulai menyalahkan pemerintah.
Para masyarakat religius juga ada sebagian mencibir tokoh agama.

Kenapa ibadah-ibadah ditiadakan?
Kenapa persekutuan kelompok beriman dibatasi?
Mereka lebih takut Corona daripada Tuhan.
Mereka lari dari Tuhan karena ketakutan akan virus.
Pemimpin Agama mulai menjadi sorotan.
Kompleksitas realita yang ditimbulkan karena mewabahnya covid 19 menghasilkan keputusan yang memiliki konsekwensi.

Secara pribadi, saya berusaha menyelami keadaan dan kebutuhan masyarakat yang tertekan karena ekonomi di tengah mewabahnya Virus Corona ini.
Mereka kesulitan.
Mereka beriman.
Namun mereka mulai kehabisan uang.
Kehabisan stock makanan.

Secara pribadi saya bukan anak Menteng seperti dilukiskan dalam lirik lagu Band Fenomenal dan Abadi Yakni Group Band Slank.
Kami keluarga juga mulai kesulitan dari segi ekonomi, kami mulai membiasakan makan seadanya untuk menghemat uang karena khawatir social distancing akan berlanjut.

Merebus Singkong dan Pisang yang ditanam di halaman belakang. Daun Pepaya. Daun Singkong dan sesekali mencari ikan laut yang murah.
Namun timbul pertanyaan bagaimana dengan keluarga yang tidak memiliki halaman belakang untuk bercocok tanam?
Mereka pasti kesulitan.

Mereka kelaparan jika sudah tidak memiliki uang..
Kemarin saya ditelepon teman yang hanya mengontrak rumah di salah satu kelurahan Kota Manado. "Bro boleh minta beras???
 Hati ini terenyuh. Ternyata sudah ada yang membutuhkan.

Saya berpendapat, jika social distancing akan berlanjut gerakan sosial sudah harus berjalan tanpa ada embel-embel politik.
Pemerintah, lembaga keagamaan, lembaga bantuan sosial atau siapapun yang memiliki kepekaan dan niat menyikapi masalah sosial lain dikarenakan virus Corona, alangkah baiknya sudah harus mulai action.
Melihat dan membantu masyarakat, umat, jemaat yang mengalami kesulitan, yang memiliki kekurangan ekonomi karena dampak Covid 19 ini.

Sulit memang untuk memisahkan bantuan yang murni dan tulus dari hati, tanpa ada muatan politis karena moment Pilkada sebentar lagi.
Sulit memang untuk mendata masyarakat yang benar-benar butuh, bahkan mungkin datanya keliru karena telah memasukan mereka yang mampu tapi berpura-pura tidak mampu.

Saya sih menyebut keduanya "kejahatan sosial".

Yah lagi-lagi setiap keputusan ada konsekwensinya.
Masyarakat yang ekonominya tertekan atau sudah mulai kehabisan uang, mereka tetap beriman.
Mereka tetap menuruti anjuran pemerintah dengan stay at home.
Mereka menerapkan social distancing meskipun terkadang mereka makan sehari sekali.
Meskipun stock makanan berkurang mereka berupaya menjaga dan memutuskan mata rantai penularan Covid 19.
Saya juga melakukan itu.
Tinggal bagaimana apakah ada action dari siapa saja yang mau memandang dan melihat mereka yang berkekurangan dan sangat membutuhkan.

Rumah Panggung, Lorong Pakoba.

A. Koba Kalengkongan.
Founder Rumah Perbedaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun